Tauhid
Versus Syirik
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Tauhid (Arab :توحيد),
adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid dalam
pengamalannya dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa
Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang
muslim.
2.
Rumusan Masalah
a.
Apakah Pengertian Tauhid ?
b. Bagaimana Kedudukan Tauhid dalam Islam ?
c.
Bagaimana Dalil Al-Qur’an tentang
keutamaan dan keagungan Tauhid ?
d. Bagaimana Perkataan Ulama tentang Tauhid ?
e.
Ada berapa Pembagian Tauhid ?
f.
Bagaimana mengaplikasikan Tauhid
ke dalam perilaku manusia ?
3.
Tujuan
a.
Paham akan Pengertian Tauhid
b.
Paham akan Kedudukan Tauhid dalam
Islam
c.
Mengetahui Dalil Al-Qur’an tentang
keutamaan dan keagungan Tauhid
d.
Mengetahui Perkataan Ulama tentang
Tauhid
e.
Mengetahui Pembagian Tauhid
f.
Dapat mengaplikasikan Tauhid ke
dalam perilaku sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tauhid
Tauhid,
secara bahasa berasal
dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang artinya menjadikan sesuatu
satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilahsyar’i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada
selain-Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya
dari kekurangan dan cacat.
B.
Kedudukan Tauhid
dalam Islam
Seorang
muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat
Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal
perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
C.
Dalil Al-Qur’an tentang keutamaan
dan keagungan Tauhid
Allah Subhaanahu Wa
Ta'aalaa berfirman: "Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An-Nahl: 36)
"Padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS
At-Taubah: 31)
"Maka sembahlah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS
Az-Zumar: 2-3)
"Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus"
(QS Al-Bayyinah: 5)
D.
Perkataan Ulama tentang Tauhid
Syaikhul
Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah
mengatakan: "Orang yang
mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi
ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta
taat kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya semua
kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan
lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa
sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.
Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati
kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya" (Majmu' Fatawa 15/25)
Karena
kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, makasetan adalah makhluk yang paling cepat
(dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk
melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Setan lakukan hal ini siang malam
dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.
Jika
setan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, setan tidak akan
putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan
lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan
menjerumuskan ke dalam berbagai bidah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR
Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4).
E. Pembagian
Tauhid
Menurut Ibn taimiyah Ilah (Tuhan) adalah yang dipuja penuh kecintaan
hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri, dihadapan-Nya, takut dan
mengharapkan-Nya, kepada-nya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan,
berdoadan bertawakkal kepada-Nyauntuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan
diri pada-Nya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingat-Nya dan terpaut
cinta pada-Nya.1
1Dr. Yusuf
Qardawi, Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan,
(Haqiqat al-Tauhid) terjemahan H. Abd. Rahim Haris, Pustaka Darul Hikmah Bima,
h. 26-27
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkanbahwa “tuhan” itu bisa
berbentuk apa saja yang di pentingkan oleh manusia, seperti tahta, harta, dah
syahwat. Sedangkan sifat yang dapat merusak tauhid dan mengarahpada sikap
“mempertuhankan diri” adalah sifat ria, egoisme, takut, dan bimbang, zhalim,
hasad atau dengki.2 Oleh karena itu, dalam hal meng-esa-kan Allah
ini, umat islam senantiasa berusaha menghindarkan diri dari segala bentuk
penghambaan selain kepada Allah, dengan bersikap berikrar sebagaimana dalam
shalatnya :3
1. Rububiyah
Beriman
bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan,
menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak
mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat
Az-Zumar ayat 62 :"Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". Hal
yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada
kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.
Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam
semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah
membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah“Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini
(apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur:
35-36)
Namun
pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang
beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi
Rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah, “Katakanlah: ‘Siapakah Yang
memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki Arsy yang besar?’ Mereka akan
menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’
Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu
sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika
kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka
dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun:
86-89).
2lihat,
Muhammad imanuddin Abdurrahim, Kuliah
tauhid, pustaka bandung. h 64-143
3Tim Dosen
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian PAI, ISLAM
PROGRESIF,(Serang, 2005), h 61
2. Uluhiyah/Ibadah
Beriman
bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha
Bijaksana" ('Ali 'Imran:
18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan
terhadap rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita
lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap,
cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan
tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang
merupakan inti dakwah para Rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum
musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai
perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu
Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari
jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh
karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya
walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
3. Asma wa Sifat
Beriman
bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul
husna) yang sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul
husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.
4. Tidak ada tauhid mulkiyah
Tauhid
itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyah ataupun Tauhid
Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud
dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah
masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal
ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke
dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada
Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40.
F. Aplikasi
Tauhid
Pengucapan kalimat tauhid dengan lisan belaka
tidaklah cukup karena ia mempunyai konsekuensi yang harus di tunaikan. Para
ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah dengan meninggalkan perbuatan
syirik baik kecil maupun besar. Di antara konsekuensi pengucapan kalimat tauhid
itu adalah mengetahui kandungan maknanya kemudian mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Allah berfirman “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
tidak ada tuhan melainkan Allah.” Kalimat Tauhid berarti Pengingkaran kepada
segala sesuatu yg disembah selain Allah SWT dan menetapkan bahwa yang berhak
disembah hanyalah Allah semata tidak kepada selain-Nya.
Aplikasi
secara sederhana dari kalimat tauhid “laa ilaaha illallah” adalah keyakinan yang mutlak yang
patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah Maha Esa dalam hal mencipta dalam
penyembahan tanpa ada sesuatu pun yang mencampuri dan tanpa ada sesuatu pun
yang sepadan dengan-Nya kemudian menerima dengan Ikhlas akan apa-apa yang
berasal dari-Nya baik berupa perintah yang mesti dilaksanakan ataupun larangan
yang mesti di tinggalkan semua itu akan mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa
Allah SWT itu Maha Esa.
Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mengenal Allah
( tauhid ) sebelum kita beribadah & beramal karena suatu ibadah itu
diterima jika Tauhid kita benar & tidak tercampur dengan kesyirikan (
menyekutukannya dalam peribadatan ) , maka tegaknya ibadah & amalan kita
harus didasari terlebih dahulu dengan At Tauhid sebagaimana akan kita jelaskan dibawah
ini:
” Ketahuilah ( ya Muhammad ) sesungguhnya tidak ada sembahan yang
haq kecuali Allah, & mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. ( QS. Muhammad : 19 ).
Ketahuilah semoga Allah merohmatimu- sesungguhnya
Allah menegaskan & mendahulukan serta mengutamakan untuk mengetahui
dan berilmu tentang At tauhid dari pada beribadah yaitu
beristifghfar, dikarenakan ” mengenal tauhid menunjukkan ilmu ‘usul ( dasar pokok & pondasinya agama ),
adapun beristighfar menunjukkan ilmu furu’ ( cabang dan aplikasi dari ilmu usul
tersebut ).
Dan tidak ada perselisihan sedikitpun dikalangan
para ulama salaf dan khalaf serta umat islam seluruhnya bahwasanya :
paling afdal & utamanya para nabi & rasul adalah ke empat nabi
tersebut ( Muhammad, Musa, Isa, & Ibrahim ) , tatkala Allah menetapkan
& memerintahkan kepada empat rasul yang mulia ini untuk ma’rifah (
berilmu & mengetahui ) ilmu usul dan dasar serta pondasi agama yaitu Tauhid
sebelum ilmu furu’ ( sebagai aplikasi dari ilmu usul ).
Inti dari pembahasan diatas : jadi telah
tetap (syabit) dan benar (haq) bahwasanya berilmu dan mengetahui
serta mengenal at tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok &
utama sebelum mengenal yang lainya serta beramal ( karena suatu amalan
itu akan di terima jika tauhidnya benar ).
BAB III
Kesimpulan
Tauhid dari segi bahasa ‘mentauhidkan sesuatu’ berarti
‘menjadikan sesuatu itu esa’. Dari segi syari’ tauhid
ialah ‘mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan
melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ Was
Sifat’.
Tauhid
di bagi menjadi tiga yaitu: (1) Tauhid Ar-Rububiyyah Yaitu mengesakan Allah dalam hal
perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah satu-satuNya
Pencipta seluruh makhluk-Nya, (2) Tauhid Al-Uluhiyyahdisebut
juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan kepada Allah disebut tauhid
uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba disebut tauhid
ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam
peribadahan, (3) Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu
mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat bagi-Nya, dengan menetapkan
semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan mensifati
Diri-Nya di dalamKitab-Nya (Al-Qur’an), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tanpa Tahrif (menyelewengkan
makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan / menggambarkan bagaimana-nya) dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Aplikasi
Tauhid bahwasanya berilmu dan mengetahui serta mengenal at tauhid
itu adalah kewajiban yang paling pokok & utama sebelum mengenal yang lainya
serta beramal ( karena suatu
amalan itu akan di terima jika tauhidnya benar ).
DAFTAR PUSTAKA
http://khaerulsobar.wordpress.com/makalah/makalah-tentang-tauhid-studi-islam-i/
(Minggu/20:09/21-09-2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid
(Minggu/20:10/21-09-2014)
Fadlullah. Dkk, 2005, ISLAM PROGRESIF, Serang:Untirta Press
http://fepoi.com/tauhid-dan-korelasinya-dalam-menghapus-dosa.htm
(Minggu/20:52/21-09-2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar