Minggu, 03 Januari 2016

KEBUDAYAAN BANTEN LAMA



KEBUDAYAAN BANTEN LAMA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banten merupakan salah satu provinsi yang terletak di ujung barat pulau jawa. Keberadaan Banten ini ada dikarenakan pemekaran dari daerah Jawa Barat. Banten resmi memisahkan diri dari Jawa Barat pada tahun 2000.
            Walaupun sebagai provinsi baru Banten juga merupakan pusat perdagangan, hal ini disebabkan karena Banten merupakan penghubung antar dua pulau besar yaitu pulau Sumatera, dan pulau Jawa. Oleh sebab itu  jika dilihat dari hal tersebut perekonomian di Banten juga bisa dikatakan sudah cukup baik. Karena letak dari Banten ini sangat strategis, yang menghubungkan dua pulau besar juga sebagai akses menuju Kota Jakarta sebagai pusat kota. Tak heran banyaknya daerah di Banten yang sangat berkembang pesat perekonomiannya, contohnya saja Kota Cilegon. Kota tersebut merupakan tempat dimana pelabuhan merak berada, dan pelabuhan tersebut sebagai akses pertama dari Pulau Sumatera menuju Pulau Jawa, tentunya banyak orang yang akan melewati daerah tersebut, yang nantinya akan menjadi peluang bisnis bagi masyarakat setempat dalam perniagaan dan jasa.
1
 
Rounded Rectangle: 1            Sebagai suatu provinsi yang baru berdiri selama 15 tahun Banten memiliki segudang cerita masa lalu yang amat menarik jika dibahas. Banten merupakan tempat pertama kalinya VOC menginjakkan kaki di pulau Jawa, di mana VOC merupakan kelompok dagang yang berasal dari Belanda dan menjadi cikal bakal penjajahannya di pulau jawa. Selain itu VOC juga meninggalkan beberapa peninggalannya di Banten seperti jalan raya anyer panarukan yang dibangun pada pemerintahan Deandles, yang dikenal dengan kerja Rodi. Selain itu peninggalan  Belanda tersebut berupa mercusuar yang ada di Anyer. Bukan hanya peninggalan Belanda saja yang tertinggal di tanah Banten, namun sebuah kerajaan yang cukup besar pada masanya juga pernah ada di tanah Banten ini, kerajaan tersebut di tandai dengan adanya bekas bangunan keraton yang cukup luas yang berada di Banten Lama, selain itu tidak jauh dari keraton juga terdapat sebuah Kelenteng seperti yang kita tahu Kelenteng merupakan tempat ibadah warga keturunan Tionghoa, padahalyang kita tahu Banten amat kental dengan kebudayaan Islamnya, dan hal tersebut ditandai dengan Berdirinya Masjid Agung Banten, yang kini menjadi ikon penting dari Banten itu sendiri sebagai pusat peradaban Islam baik masa silam, ataupun masa kini.
2
 
             Adanya situs-situs bersejarah tersebut membuktikan bahwa Banten kaya akan nilai budayanya. Oleh sebab itu kami selaku penulis akan membahas lebih dalam mengenai budaya-budaya yang pernah ada di Banten masa silam dan membandingkannya dengan budaya di Banten yang ada saat ini, apakah adanya perbedaan yang signifikan atau semakin berkembang dari masa ke masa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah kebudayaan di Banten pada masa terdahulu?
2.      Adakah perkembangan budaya dan teknologi di Banten pada masa terdahulu?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui kebudayaan di Banten pada masa terdahulu
2.      Mengetahui perkembangan budaya dan teknologi di Banten pada masa terdahulu.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BudayaBanten
Melalui unsur-unsur kebudayaan, kiranya dapat digambarkan keberadaan Banten dari masa pertama dan perkembangannya kini. Secara deskriptif dapat dikemukakan sebagai berikut (Tihami. 2010) :
1.      Bahasa
Sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah di Banten bahasa penduduk yang pusat kekuasaan politiknya di Banten Girang, adalah bahasa Sunda. Sedangkan bahasa Jawa, dibawa oleh Syarif Hidayatullah, kemudian oleh puteranya, Hasanuddin, bersamaan dengan penyebaran agama Islam. Dalam kontak budaya yang terjadi, bahasa Sunda dan bahasa Jawa itu saling mempengaruhi yang pada gilirannya membentuk bahasa Jawa dengan dialek tersendiri dan bahasa Sunda juga dengan dialeknya sendiri. Artinya, bahasa Jawa lepas dari induknya (Demak, Solo, dan Yogya) dan bahasa Sunda juga terputus dengan pengembangannya di Priangan sehingga membentuk bahasa sunda dengan dialeknya sendiri pula; kita lihat misalnya di daerah-daerah Tangerang, Carenang, Cikande, dan lain-lain, selain di Banten bagian Selatan.
Bahasa Jawa yang pada permulaan abad ke-17 mulai tumbuh dan berkembang di Banten, bahkan menjadi bahasa resmi keraton termasuk pada pusat-pusat pemerintahan di daerah-daerah. Sesungguhnya pengaruh keraton itulah yang telah menyebabkan bahasa Jawa dapat berkembang dengan pesat di daerah Banten Utara. Dengan demikian lambat laun pengaruh keraton telah membentuk masyarakat berbahasa Jawa. Pada akhirnya, bahasa Jawa Banten tetap berkembang meskipun keraton tiada lagi.
3
 
Bahasa Jawa dimaksud dalam pengungakapannya menggunakan tulisan Arab (Pegon)  seperti kita temukan pada manuskript, babad, dan dokumen-dokumen tertentu. Penggunaan huruf Arab (Pegon) didorong oleh dan disebabkan karena:
a.      
4
 
Penggunaan aksara lama terdesak oleh huruf Arab setelah Islamisasi.
Huruf Arab menjadi sarana komunikasi kaum maju, sedangkan aksara menjadi alat komunikasi kaum elit/lama/feodal, ditambah pihak kolonial yang mengutamakan aksara (jawa). Kaum maju tersebut adalah masyarakat pemberontak, atau setidak-tidaknya tidak setuju dengan adanya penguasaan asing sehingga huruf Arab dipergunakan sebagai sarana lebih aman dan juga rahasia.
Di lain pihak, terutama kaum lama, penggunan huruf Pegon memberikan corak Islam dalam tulisan yang tidak selalu bersifat Islam, sehingga lebih aman beredar/mengisi permintaan rakyat.
Untuk mempermudah kajian dan penelitian isi, terutama masalah-masalah hukum, huruf Arab lalu disalin ke dalam tulisan (huruf) latin sebelum kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain, terutama Belanda. Bahasa Jawa dengan tulisan latin itu merupakan perkembangan kemudian karena pada aslinya menggunakan tulisan Arab. Demikian pula perkembangan perbendaharaan kata dipengaruhi oleh lingkungan bahasa Sunda, bahasa Arab, dan bahasa lain. Pada jaman penjajahan Belanda, ada juga pengaruh bahasa Belanda yang masuk ke dalam bahasa Jawa, misalnya sekola, yang semula ginau. Pada perkembangan sekarang, bahasa Jawa Banten ternyata juga dipengaruhi oleh bahasa Indonesia; mungkin demikian seterusnya, tetapi bahasa ini akan tetap ada sesuai dengan keberadaan pendukungnya.

2.      Sistem Pengetahuan
Pengetahuan manusia merupakan akumulasi dari tangkapannya terhadap nilai-nilai yang diacu dan dipahami, misalnya agama, kebiasaan, dan aturan-aturan. Pengetahuan manusia tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan dengan elemen-elemen lain, dan karena itu maka disebut sistem pengetahuan. Salah satu (sistem) pengetahuan sebagai salah satu unsur kebudayaan Banten adalah misalnya pengetahuan tentang kosmologi (alam semesta). Pada fase perkembangan awal pengetahuan tentang kosmologi orang Banten adalah bahwa
5
 
alam ini milik Gusti Pangeran yang dititipkan kepada Sultan yang berpangkat Wali setelah Nabi. Karena itu hierarchi Sultan adalah suci.
Gusti Pangeran itu mempunyai kekuatan yang luar biasa yang sebagian kecil dari kekuatannya itu diberikan kepada manusia melalui pendekatan diri. Yang mengetahui formula-formula pendekatan diri untuk memperoleh kekuatan itu adalah para Sultan dan para Wali, karena itu Sultan dan para Wali itu sakti. Kesaktian Sultan dan para wali itu dapat disebarkan kepada keturunan dan kepada siapa saja yang berguru (mengabdi).
Pengetahuan yang berakar pada kosmologi tersebut masih ada sampai kini sehingga teridentifikasi dalam pengetahuan magis. Mungkin dalam perkembangan kelak tidak bisa diprediksi menjadi hilang, bahkan mungkin menjadi alternartif bersama-sama dengan (sistem) pengetahuan yang lain.
3.      Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah suatu sistem dimana manusia sebagai mahluk sosial berinteraksi. Adanya organisasi sosial itu karena ada ketundukan terhadap pranata sosial yang diartikan oleh Suparlan sebagai seperangkat aturan-aturan yang berkenaan dengan kedudukan dan penggolongan dalam suatu struktur yang mencakup suatu satuan kehidupan sosial, dan mengatur peranan serta berbagai hubungan kedudukan, dan peranan dalam tindakan-tindakan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Di antara bentuk organisasi sosial di Banten adalah stratifikasi sosial. Pada awal di jaman Kesultanan, lapisan atas dalam stratifikasi sosial adalah pada Sultan dan keluarganya/keturunannya sebagai lapisan bangsawan. Kemudian para pejabat kesultanan, dan akhirnya rakyat biasa. Pada perkembangan selanjutnya, hilangnya kesultanan, yang sebagian peranannya beralih pada Kiyai (kaum spiritual), dalam stratifikasi sosial merekalah yang ada pada lapisan atas. Jika peranan itu berpindah kepada kelompok lain, maka berpindah pulalah palisan itu.


4.     
6
 
Sistem Religi
Sistem religi adalah hubungan antar elemen-elemen dalam upacara agama. Agama Islam sebagai agama resmi keraton dan keseluruhan wilayah kesultanan, dalam upacara-upacaranya mempunyai sistem sendiri, yang meliputi peralatan upacara, pelaku upacara, dan jalannya upacara. Misalnya dalam upacara Salat, ada peralatan-peralannya dari sejak mesjid, bedug, tongtong, menara, mimbar, mihrab, padasan (pekulen), dan lain-lain. Demikian pula ada pelakunya, dari sejak Imam, makmum, tukang Adzan, berbusana, dan lain-lain; sampai kemudian tata cara upacaranya.
Di jaman kesultanan, Imam sebagai pemimpin upacara Salat itu adalah Sultan sendiri yang pada transformasinya kemudian diserahkan kepada Kadi. Pada perubahan dengan tidak ada sultan, maka upacara agama berpindah kepemimpinannya kepada kiyai. Perkembangan selanjutnya bisa jadi berubah karena transformasi peranan yang terjadi.

5.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Kehidupan masyarakat memang memerlukan peralatan dan teknologi. Memperhatikan paralatan hidup dan teknologi dalam kebudayaan Banten, dapat diperoleh informasinya dari peninggalan masa lalu. Salah satu diantaranya misalnya relief, penemuan benda-benda arkeologis, dan catatan-catatan masa lalu. Di jaman kesultanan, kehidupan masyarakat ditandai dengan bertani, berdagang, dan berlayar termasuk nelayan. Dari corak kehidupan ini terlihat bahwa peralatan hidup bagi petani masih terbatas pada alat-alat gali dan lain-lain termasuk pemanfaatan hewan sebagai sumber energi.
Angkutan dan teknologi pelayaran masih memanfaatkan energi angin yang karenanya berkembang pengetahuan ramalan cuaca secara tradisional, misalnya dengan memanfaatkan tanda-tanda alam. Demikian pula teknik pengolahan logam, pembuatan bejana, dan lain-lain, memanfaatkan energi alam dan manusia. Tentu saja aspek (unsur kebudayaan) ini secara struktural mengalami perubahan pada kini dan nanti, meski secara fungsional mungkin tetap.
6.     
7
 
Sistem Mata Pencaharian Hidup
Gambaran perkembangan mengenai hal ini untuk sejarah manusia, akan tersentuh dengan kehidupan primitif, dari hidup berburu sampai bercocok tanam. Hubungannya dengan kebudayaan Banten, sistem mata pencaharian hidup sebagai salah satu unsur kebudayaan, terlihat dari jaman kesultanan. Mata pencaharian hidup dari hasil bumi menampilkan adanya pertanian. Dalam sistem pertanian itu ada tradisi yang masih nampak, misalnya hubungan antara pemilik tanaman (petani) dan orang-orang yang berhak ikut mengetam dengan pembagian tertentu menurut tradisi.
Dalam nelayan misalnya ada sistem simbiosis antara juragan dan pengikut-pengikutnya dalam usaha payang misalnya. Kedua belah pihak dalam mata pencaharian hidup itu terjalin secara tradisional dalam sistem mata pencaharian. Mungkin pula hubungan itu menjadi hubungan kekerabatan atau hubungan Patron-Clien.
Pada masa kini kemungkinan sistem tersebut sudah berubah, disamping karena perubahan mata pencaharian hidup, juga berubah dalam sistemnya karena penemuan peralatan (teknologi) baru. Demikian pula kemungkinan di masa yang akan datang.
7.      Kesenian
Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah. Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan. Dari segi macam-macamnya, kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual.
Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam. Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat. Arsitektur seperti ini berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.
8
 
Arsitektur rumah adat yang mengandung filosofi kehidupan keluarga, aturan tabu, dan nilai-nilai prifasi, yang dituangkan dalam bentuk ruangan paralel dengan atap panggung Ikan Pe, dan tiang-tiang penyanggah tertentu. Filosofi itu telah berubah menjadi keindahan fisik sehingga arsitekturnya hanya bermakna aestetik. Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang belum berubah, kecuali mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian dimaksud ialah:
1. Seni Debus Surosowan
2. Seni Debus Pusaka Banten
3. Seni Rudat
4. Seni Terbang Gede
5. Seni Patingtung
6. Seni Wayang Golek
7. Seni Saman
8. Seni Sulap-Kebatinan
9. Seni Angklung Buhum
10. Seni Beluk
11. Seni Wawacan Syekh
12. Seni Mawalan
13. Seni Kasidahan
14. Seni Gambus
15. Seni Reog
16. Seni Calung
17. Seni Marhaban
18. Seni Dzikir Mulud
19. Seni Terbang Genjring
20. Seni Bendrong Lesung
21. Seni Gacle
22. Seni Buka Pintu
23. Seni Wayang Kulit
24. Seni Tari Wewe
25. Seni Adu Bedug
26. Dan lain-lain
9
 
Kesenian-kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum berubah kecuali kemasan-kemasannya, misalnya pada kesenian kasidah dan gambus. Relevansi kesenian tradisional ini mungkin, jika berkenaan dengan obyek kajian penelitian maka yang diperlukan adalah orsinilitasnya. Tetapi jika untuk kepentingan pariwisata maka perlu kemasan yang menarik tanpa menghilangkan substansinya.
Walaupun mungkin, secara umum kesenian-kesenian tersebut akan tunduk pada hukum perubahan sehubungan dengan pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak diminati yang artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama atau tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang tidak boleh lepas dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau malah harus ada perubahan kemasan.









BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Rancangan Observasi
1.      Persiapan meliputi penyusunan panduan observasi, panduan pengamatan,
Kuesioner, lembar kerja mahasiswa (LKM).
2.      Penelitian, meliputi pengambilan data langsung di lokasi Banten Lama dengan bantuan kamera, instumen penelitian, dan wawancara dengan sumber ahli di lokasi Banteb lama
3.      Pembahasan dan pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membahas hasil analisis data yang dirujuk kepada kajian pustaka dan beberapa literatur untuk dapat mengetahui kebudayaan yang berlaku di Banten lama.

B.     Waktu dan Tempat Observasi
Penelitian dilaksanakan pada 3 Desember 2015 di kawasan Situs Purbakala Banten Lama kecamatan Kasemen kabupaten Serang. Pemilihan lokasi ini ditentukan berdasarkan tema Mata Kuliah yang sedang kami pelajari dan kawasan Situs Purbakala Banten Lama mendukung dalam proses pembelajaran mata kuliah kali ini.

C.    Metode Penelitian
1.      Pengamatan Lokasi
Pengamatan pada lokasi kawasan Banten Lama bertujuan untuk menganalisis kebudayaan masyarakat apa saja yang sedang berlaku pada saat sekarang yang akan dikaitkan dengan kebudayaan pada saat Banten Lama masih berjaya. Adapun lokasi yang diamati meliputi Benteng Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, dan Museum Situs Purbakala Banten Lama.


10
 
 
2.     
11
 
Analisis Data
a.       Analisis hasil wawancara
Analisis hasil wawancara dengan narasumber di lokasi Kawasan Situs Purbakala Banten Lama dengan menunjuk beberapa lokasi yang dirasa sebagai asal muasal munculnya kebudayaan. Analisis wawancara dimaksud untuk mencari hubungan budaya yang berkembang berdasarkan lokasi yang berbeda dan untuk mendapatkan suatu penjelasan dari asal muasal adanya lokasi tersebut untuk dihubungkan dengan budaya yang berkembang. 
b.      Analisis Pustaka
Analisis pustaka dimaksud untuk mendapatkan dukungan atas pernyataan narasumber, untuk memperlengkap pengetahuan akan budaya Banten Lama dan sebagai referensi yang sah untuk menyusun laporan observasi .












BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Bahasa
Dalam tinjauan pustaka yang kami dapatkan menuliskan bahwa bahasa yang digunakan di banten lama pada awal kedatangan kerajaan hindu adalah bahasa sunda. Namun, saat kerajaan demak yang dipimpin oleh Syarif Hidayahtullah dan anaknya Hasanuddin, banten lama mengalami peralihan budaya dalam segi bahasa yaitu bahasa jawa. Namun saat kedatangan VOC ke Banten lama beberapa masyarakat yang menyebut diri mereka sebagai kaum maju menjadikan bahasa arab sebagai bahasa komunikasi, hal ini dikarenakan kaum maju adalah kaum yang memberontak kepada pihak asing dimana saat itu pihak asing lebih mengutamakan aksara (jawa) oleh karena itu bahasa arab digunakan sebagai bahasa komunikasi untuk menjaga kerahasiaan dan lebih aman.
Berdasarkan hasil observasi kami mengenai kebudayaan di Banten lama, kami mendapatkan pernyataan dari narasumber terpercaya dimana bahasa yang digunakan sebelum islam masuk kebanten lama adalah bahasa sunda, namun saat islam masuk bahasa berubah menjadi bahasa jawa, hal ini terbukti dengan adanya peninggalan keraton di Banten lama yang membuktikan bahwa budaya jawa pernah masuk ke Banten lama. Menurut narasumber kami, bahasa arab juga pernah digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari dan hal ini diperlengkap dengan kajian pustaka bahwasanya bahasa arab digunakan sebagai alat komunikasi rahasia oleh para kaum pemberontak agar tidak diketahui pihak asing.
B.     Sistem Pengetahuan
      Menurut tinjauan pustaka, sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat Banten adalah kosmologi, tentang alam semesta. Pada fase perkembangan awal pengetahuan tentang kosmologi orang Banten, bahwa alam ini milik Gusti Pangeran yang dititipkan kepada Sultan yang berpangkat Wali setelah Nabi. Karena itu hierarchi Sultan adalah suci.
12
 
      Menurut masyarakat Banten Lama, Gusti Pangeran ini mempunyai kekuatan yang luar biasa. Sebagian kecil dari kekuatannya diberikan kepada manusia melalui pendekatan diri. Orang yang mengetahui formula-formula pendekatan diri untuk memperoleh kekuatan itu adalah para Sultan dan para Wali, sehingga memperoleh kesaktian yang dapat disebarkan kepada keturunan dan kepada siapa saja yang berguruatau mengabdi.
13
 
      Dalam sistem lapisan sosialnya bisa ditelusuri pada awal di jaman Kesultanan. Lapisan atas dalam stratifikasi sosial adalah pada Sultan dan keluarganya/keturunannya sebagai lapisan bangsawan. Kemudian para pejabat kesultanan, dan akhirnya rakyat biasa. Pada perkembangan selanjutnya, hilangnya kesultanan, yang sebagian peranannya beralih pada Kiyai (kaum spiritual), dalam stratifikasi sosial merekalah yang ada pada lapisan atas. Jika peranan itu berpindah kepada kelompok lain, maka berpindah pulalah lapisan itu. Berikut merupakan nama-nama raja di Kesultanan Banten (Sumber : Museum Situs Kepurbakalaan) :
Description: Budaya (43).JPG



                       


                        Gambar 4.1 (Daftar nama-nama kesultanan Banten)

C.    Organisasi Sosial
Banten lama yang selama kejayaannya memiliki penguasa yang berganti-ganti juga menjadi salah satu faktor adanya perubahan budaya dalam masyarakat. Banten lama yang notabenenya adalah sebuah kerajaan memiliki lapisan sosial kesultanan dan beberapa orang cendikiawan yang memiliki pengaruh yang besar tehadap pemerintahan pada masa itu. Masyarakat Banten lama tidak memiliki organisasi sosial. Dalam budayanya pada masa itu mereka hanya tunduk pada pemerintahan sultan dan tidak adanya pemberontakan yang mereka lakukan karena mereka merasa bahwa segala keputusan sultan adalah baik. Namun saat pemerintaha Banten Lama jatuh ketangan VOC, banyak organisasi sosial bermunculan yang memiliki banyak tujuan dan maksud untuk menghancurkan atau mendukung pemerintahan asing di Banten lama. Adapun lapisan sosia yang memberontak pemerintahan VOC adalah kaum maju, dan lapisan sosial yang mendukung pemerintahan VOC adalah kaum elite.
14
 
 Pernyataan ini didukung dengan pernyataan narasumber yang menyatakan bahwa pada saat pemerintahan VOC , segala kebiasaan atau adat istiadat pemilihan sultan menjadi berubah. Awalnya segala penobatan dilakukan di Watu gilang yaitu batu yang dijadikan sebagai tempat untuk penobatan. Namun karna kedatangan VOC penobatan berubah ke lokasi alun  alun depan Masjid agung. Pemilihan sultan pun atas dasar keinginan VOC sendiri, sehingga biasanya VOC mengambil calon sultan yang berasal dari kaum elite.
Description: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (73).JPGDescription: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (75).JPG


                                                                                                          


Gambar 4.2 ( Watu Gilang )                   Gambar 4.3 (Penjelasan Watu Gilang)


D.    Sistem Religi
Sistem religi di Banten Lama memiliki sejarah yang panjang, dikarenakan perubahan kekuasaan yang sering terjadi di Banten Lama mulai dari kerajaan hindu, kerajaan islam sampai dengan VOC. Namun dikarenakan adanya kesultanan yang berkuasa di Banten Lama menganut sistem religi islami sehingga Banten Lama memiliki agama pasti yaitu Islam. Perkembangan agama islam di Banten lama ditandai dengan berdirinya Mesjid Agung di Banten lama.
Description: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (129).JPG




                       
Gambar 4.4 ( Masjid Agung )
15
 
           
Seiring dengan berkembangnya agama Islam di Banten lama, budaya masyarakat Banten lama pun lebih Islami, menurut narasumber kami adat masyarakat yang biasanya dilakukan di Masjid Agung ini adalah Maulid Nabi, Rajab-an, pengajian dan juga ziarah dikarenakan pada halaman belakang Masjid Agung terdapat makam keluarga, makam pembesar di istana, ada pula makam Sultan Ageng Tirtayasa, makam sultan Muhammad Hasanudin, istri Sultan Hasanudin, Sultan Hasanudin sendiri. Ada dua Sultan, dua istri Sultan, dan satu penasihat sultan. Sehingga akibat dari sistem religi Banten lama adalah Islam, kebudayaan masyarakat Banten lama juga islami.

E.     Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Dalam observasi kami pada lokasi Benteng Keraton Surosowan dan Museum Situs Purbakala Banten lama banyak sekali peninggalan peralatan hidup dan teknologi yang dapat diamati. Adapun peralatan hidup dan teknologi yang dapat diamati sebagai berikut.
1.      Description: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (169).JPGPenyaring Air.
Description: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (170).JPG
Description: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (165).JPG                                                                                                           
                                                                                                      



Gambar 4.5 (batu cadas)   Gambar 4.6 (skema penyaringan air)  Gambar 4.7 (gentong air)

Pada masa kejayaan Banten Lama, telah banyak teknologi dan peralatan yang menunjang kehidupan masyakat disana salah satunya adalah penyaringan air. Penyaringan air memakai batu cadas yang ditaruh dalam gentong, dimana batu cadas berfungsi sebagai penyaring air  yang keruh sehingga air yang masuk dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya teknologi ini, masyarakat Banten lama sudah memiliki kebiasan memakai air bersih dan memiliki peralatan modern yang dapat mengubah air keruh menjadi air bersih.

2.     
16
 
Serumbung Sumur
Description: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (102).JPG
Description: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (166).JPG





 Gambar 4.8 (serumbung sumur)        Gambar 4.9(sumur)       
Menurut sumber kami, serumbung sumur digunakan masyarakat banten sebagai alat pembuat sumur untuk sumber air bagi masyarakatnya. Serubung sumur digunakan untuk memberikan tekanan kepada tanah yang digali sehingga membentuk lubang silinder, serumbung sumur digunakan juga sebagai penyanggah tanah agar tanah selalu berbentuk silinder.
Narasumber kami menjelaskan bahwasanya adanya teknologi penyaringan air dan serumbung sumur di masyarakat banten lama dimulai pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang membuat 3 pengindelan air yang bermuara di keraton. Adanya kali kepandean dibelakang kawasan Banten Lama juga dapat menjadi salah satu keuntungan bagi masyarakat Banten lama. Sultan Ageng Tirtayasa membangun 3 pengindelan untuk menghasilkan air bersih yang siap pakai untuk keraton dan masyarakat. Sultan Ageng Tirtayasa juga membangun pembuangan air kotor yang berada di sekitar pingiran Banten lama menuju kanal dimana kanal digunakan untuk melindungi benteng. sehingga adanya pengetahuan dan teknologi penyaringan air di Banten lama adalah hasil dari kepemimpinan Sultan Tirtayasa sehingga adat dan kebiasaan masyarakat pun berubah menjadi lebih modern.


F.     Sistem Mata Pencaharian Hidup
Menurut sumber pustaka kami, masyarakat Banten lama memiliki mata pencaharaian sebagai petani. Hal ini terlihat dari banyaknya saluran air yang dibuat untuk mengairi lahan.
17
 
Berdasarkan hasil observasi kami dan pernyataan narasumber kami, sistem mata pencaharian hidup masyarakat berubah semejak mereka mulai mengenal teknologi. Berawal dari pembangunan benteng yang semula tidak berasal dari bata namun dari kayu. Semejak Benteng Keraton Surosowan dibangun, masyarakat mendapatkan pengetahuan mengenai cara membuat batu bata dan cara membangun bangunan dari batu bata dengan menggunakan kapur sebagai alat perekat batubata nya. Sehingga dengan pengetahuan baru tersebut banyak masyarakat banten lama beralih profesi. Namun pada saat masa kesultanan banten pengrajin batu bata berada dalam pengawasan kesultanan.
Selain pengrajin batu bata, salah satu peralihan profesi masyarakat banten adalah Pandai Emas. Peralatan yang digunakan para pandai emas adalah peralatan yang sangat sederhana dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Adapun para pandai emas ini pada masa kesultanan banten masih berada dalam pengawasan kesultanan. Karena pada saat Banten lama berjaya, masyarakat biasa tidak dapat memiliki barang mewah apapun, masyarakat hanya tunduk dan bekerja hanya untuk kesultanan saja.
Description: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (159).JPGDescription: C:\Users\user\Documents\PLSB Eka\Kelompok Budaya dan Teknologi\Budaya (90).JPG






Gambar 4.10 (Pandai Emas)               Gambar 4.11 (Dinding benteng keraton)

G.    Kesenian
Pada kajian pustaka, terdapat tanda-tanda kesenian Banten merupakan peninggalan sebelum Islam datang dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam. Contohnya pada bangunan Gerbang Kenari, bentuk Gerbang Kenari ini cukup unik karena gerbang kenari ini berbentuk gerbang bentar yang unik seperti gerbang-gerbang kerajaan Majapahit (hindu) dan gerbang keraton kasepuhan Cirebon (Islam). Lalu pada Masjid Agung Banten dan Pendopo depan Masjid
18
 
Description: Budaya (50).JPGDescription: Budaya (129).JPG






Gambar 4.12 (Penjelasan Gerbang Kenari)Gambar 4.13 (Menara dan Masjid
                                                                                                Agung Banten)
Agung Banten, berikut keterangan yang kami kutip dari hasil wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan konstruksi bangunan Masjid Agung Banten dan fungsi dari Pendopo depan Masjid, “Masjid Agung Banten mempunyai atap berbentuk limas yang bersusun lima yang melambangkan rukun islam, pintu yang ada di masjid Agung Banten ada enam buah yang  melambangkan rukun iman. Konstruksi bangunan yang ada di dalam masjid Agung Banten ini ditopang oleh kayu-kayu bukan pilar beton, yang jumlahnya 24. Empat yang utama merupakan lambang empat mahzab (imam), kemudian yang 20 menunjukkan sifat wajib bagi Allah SWT. Konstruksi tersebut tidak sembarang dibangun, namun ada makna filosofisnya. Tiang-tiang yang dibangun ditopang oleh umpak tiang yang berbentuk labu parang, yang konon katanya dulu masyarakat mayoritas mengonsumsi labu parang ketimbang beras. Pendopo di depan masjid dibangun pada abad-19 untuk mengantisipasi kepadatan jama’ah di kiyamah (tempat berkumpul untuk musyawarah)”. Serta kutipan hasil wawancara tentang gedung di samping masjid “Ada sebuah gedung di samping masjid yang berwarna kuning yang arsitektur bangunannya bergaya Belanda, yang digunakan sebagai tempat pertemuan keagamaan, jika ada kegiatan pengajian, adanya maklumat yang akan disampaikan dari sultan kepada rakyat yang dirembuk terlebih dahulu di gedung tersebut”.




19
 
Description: Budaya (35).JPGDescription: Budaya (33).JPG








Gambar 4.14 (Penjelasan Debus)            4.15 (Alat-alat Debus)
Di dalam Museum Situs Kepurbakalaan juga terdapat alat kesenian Debus yang menurut beberapa sumber, permainan ini dikenal pada masa Sultan Hasanuddin. Pada saat itu peranan kesenian tradisional debus adalah sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Kemudian pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, Debus digunakan sebagai sarana prasarana untuk membangkitkan semangat para pejuang dan rakyat Banten dalam melawan penjajah Belanda.
Dapat disimpulkan bahwa sebelum Islam masuk ke Banten, seni arsitektur bangunan di Banten di pengaruhi oleh budaya lain seperti budaya agama Hindu atau agama Budha. Setelah agama Islam masuk ke dalam Banten, seni arsitektur di Banten dipengaruhi oleh budaya Islam dan setelah bangsa para pendatang (VOC atau Belanda) datang, arsitektur bangunan mulai di pengaruhi oleh gaya arsitektur Belanda. Serta kesenian Debus, sampai sekarang kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum berubah kecuali kemasan-kemasannya.
Walaupun mungkin, secara umum kesenian-kesenian tersebut akan tunduk pada hukum perubahan sehubungan dengan pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak diminati yang artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama atau tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang tidak boleh lepas dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau malah harus ada perubahan kemasan.




BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kebudayaan Banten pada masater dahulu
a.       Kebudayaan Banten pada masa terdahulu ditinjau dari bahasa yang digunakan. Bahsa yang digunakan sebelum Islam masuk ke Banten Lama adalah bahasa sunda, namun saat Islam masuk bahasa berubah menjadi bahasa jawa, hal ini terbukti dengan adanya peninggalan keraton di Banten Lama  yang membuktkan bahwa budaya jawa pernah masuk ke Banten Lama. Bahasa arab juga pernah digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari dan hal ini diperlengkap dengan kajian pustaka bahwasannya bahasa arab digunakan sebagai alat komunikasi rahasia oleh para kaum pemberontak agar tidak diketahui pihak asing.
b.      Kebudayaan ditinjau dari hubungan social. Pada masa terdahulu, masyarakat Banten sangat tunduk kepada sultan. Apapun keputusan yang disampaikan oleh sultan yang memimpin akan senantiasa dianggap baik keputusannya.
c.       Kebudayaan ditinjau dari keagamaan. Pada masa terdahulu, agama yang banyak digunakan di Banten Lama adalah agama Islam dan sampai saat ini Banten terkenal dengan budaya ke-Islamannya hal Ini diperkuat dengan bedirinya Masjid Agung Banten beserta menaranya yang menjadi pusat kebudayaan Islam di Banten.
d.     
20
 
Kebudayaan ditinjau dari teknologi dan mata pencaharian. Pada masa terdahulu, teknologi yang ada di Banten sudah mulai berkembang, adanya penyaringan air yang digunakan di Keraton Surosowan, adanya jembatan rantai yang digunakan untuk penyebrangan, pembuatan bata sudah mulai dikembangkan di Banten pada masa terdahulu. Dalam pembuatan sumur di Keraton Surosowan juga ada alat tersendiri, bukan hanya dengan menggunakan galian saja. Mata pencaharian di Banten sebagian besar menjadi petani serta pandai besi dan emas.
2.     
21
 
Perkembangan budaya dan teknologi di Banten berkembang dengan pesat, khususnya dibidang teknologi. Karena pada masa kesultanan, teknologi yang digunakan sudah sangat bervariasi. Pembatan bata di Banten sudah dikembangkan, dari system kering, air hujan, hingga irigasi. Pandai besi dan pandai emas juga mulai berkembang di Banten, penyaringan air juga sudah mulai dikembangkan.
B.     Saran
Untuk masyarakat Banten maupun diluar Banten. Banyak sekali budaya-budaya Indonesia yang harus senantiasa dijaga, dirawat, dan dilndungi kelestariannya. Agar budaya di Indonesia bias berkembang dan maju serta tidak ada lagi yang mencuri kebudayaan Indonesia, khususnya di Banten.








1 komentar: