KEBUDAYAAN
BANTEN LAMA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Banten merupakan salah
satu provinsi yang terletak di ujung barat pulau jawa. Keberadaan Banten ini
ada dikarenakan pemekaran dari daerah Jawa Barat. Banten resmi memisahkan diri
dari Jawa Barat pada tahun 2000.
Walaupun
sebagai provinsi baru Banten juga merupakan pusat perdagangan, hal ini
disebabkan karena Banten merupakan penghubung antar dua pulau besar yaitu pulau
Sumatera, dan pulau Jawa. Oleh sebab itu
jika dilihat dari hal tersebut perekonomian di Banten juga bisa
dikatakan sudah cukup baik. Karena letak dari Banten ini sangat strategis, yang
menghubungkan dua pulau besar juga sebagai akses menuju Kota Jakarta sebagai
pusat kota. Tak heran banyaknya daerah di Banten yang sangat berkembang pesat
perekonomiannya, contohnya saja Kota Cilegon. Kota tersebut merupakan tempat
dimana pelabuhan merak berada, dan pelabuhan tersebut sebagai akses pertama
dari Pulau Sumatera menuju Pulau Jawa, tentunya banyak orang yang akan melewati
daerah tersebut, yang nantinya akan menjadi peluang bisnis bagi masyarakat
setempat dalam perniagaan dan jasa.
|
|
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
kebudayaan di Banten pada masa terdahulu?
2. Adakah
perkembangan budaya dan teknologi di Banten pada masa terdahulu?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
kebudayaan di Banten pada masa terdahulu
2. Mengetahui
perkembangan budaya dan teknologi di Banten pada masa terdahulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
BudayaBanten
Melalui
unsur-unsur kebudayaan, kiranya dapat digambarkan keberadaan Banten dari masa
pertama dan perkembangannya kini. Secara deskriptif dapat dikemukakan sebagai
berikut (Tihami. 2010) :
1. Bahasa
Sebelum
kedatangan Syarif Hidayatullah di Banten bahasa penduduk yang pusat kekuasaan
politiknya di Banten Girang, adalah bahasa Sunda. Sedangkan bahasa Jawa, dibawa
oleh Syarif Hidayatullah, kemudian oleh puteranya, Hasanuddin, bersamaan dengan
penyebaran agama Islam. Dalam kontak budaya yang terjadi, bahasa Sunda dan
bahasa Jawa itu saling mempengaruhi yang pada gilirannya membentuk bahasa Jawa
dengan dialek tersendiri dan bahasa Sunda juga dengan dialeknya sendiri.
Artinya, bahasa Jawa lepas dari induknya (Demak, Solo, dan Yogya) dan bahasa
Sunda juga terputus dengan pengembangannya di Priangan sehingga membentuk
bahasa sunda dengan dialeknya sendiri pula; kita lihat misalnya di
daerah-daerah Tangerang, Carenang, Cikande, dan lain-lain, selain di Banten
bagian Selatan.
Bahasa Jawa yang pada permulaan abad
ke-17 mulai tumbuh dan berkembang di Banten, bahkan menjadi bahasa resmi
keraton termasuk pada pusat-pusat pemerintahan di daerah-daerah. Sesungguhnya
pengaruh keraton itulah yang telah menyebabkan bahasa Jawa dapat berkembang
dengan pesat di daerah Banten Utara. Dengan demikian lambat laun pengaruh
keraton telah membentuk masyarakat berbahasa Jawa. Pada akhirnya, bahasa Jawa
Banten tetap berkembang meskipun keraton tiada lagi.
|
a.
|
Huruf Arab menjadi sarana komunikasi
kaum maju, sedangkan aksara menjadi alat komunikasi kaum elit/lama/feodal,
ditambah pihak kolonial yang mengutamakan aksara (jawa). Kaum maju tersebut
adalah masyarakat pemberontak, atau setidak-tidaknya tidak setuju dengan adanya
penguasaan asing sehingga huruf Arab dipergunakan sebagai sarana lebih aman dan
juga rahasia.
Di
lain pihak, terutama kaum lama, penggunan huruf Pegon memberikan corak Islam
dalam tulisan yang tidak selalu bersifat Islam, sehingga lebih aman
beredar/mengisi permintaan rakyat.
Untuk
mempermudah kajian dan penelitian isi, terutama masalah-masalah hukum, huruf
Arab lalu disalin ke dalam tulisan (huruf) latin sebelum kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa lain, terutama Belanda. Bahasa Jawa dengan tulisan latin itu
merupakan perkembangan kemudian karena pada aslinya menggunakan tulisan Arab.
Demikian pula perkembangan perbendaharaan kata dipengaruhi oleh lingkungan
bahasa Sunda, bahasa Arab, dan bahasa lain. Pada jaman penjajahan Belanda, ada
juga pengaruh bahasa Belanda yang masuk ke dalam bahasa Jawa, misalnya sekola,
yang semula ginau. Pada perkembangan sekarang, bahasa Jawa Banten ternyata juga
dipengaruhi oleh bahasa Indonesia; mungkin demikian seterusnya, tetapi bahasa
ini akan tetap ada sesuai dengan keberadaan pendukungnya.
2. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan manusia merupakan akumulasi
dari tangkapannya terhadap nilai-nilai yang diacu dan dipahami, misalnya agama,
kebiasaan, dan aturan-aturan. Pengetahuan manusia tidak berdiri sendiri
melainkan berhubungan dengan elemen-elemen lain, dan karena itu maka disebut
sistem pengetahuan. Salah satu (sistem) pengetahuan sebagai salah satu unsur
kebudayaan Banten adalah misalnya pengetahuan tentang kosmologi (alam semesta).
Pada fase perkembangan awal pengetahuan tentang kosmologi orang Banten adalah
bahwa
|
Gusti Pangeran itu mempunyai kekuatan
yang luar biasa yang sebagian kecil dari kekuatannya itu diberikan kepada
manusia melalui pendekatan diri. Yang mengetahui formula-formula pendekatan
diri untuk memperoleh kekuatan itu adalah para Sultan dan para Wali, karena itu
Sultan dan para Wali itu sakti. Kesaktian Sultan dan para wali itu dapat
disebarkan kepada keturunan dan kepada siapa saja yang berguru (mengabdi).
Pengetahuan yang berakar pada kosmologi
tersebut masih ada sampai kini sehingga teridentifikasi dalam pengetahuan
magis. Mungkin dalam perkembangan kelak tidak bisa diprediksi menjadi hilang,
bahkan mungkin menjadi alternartif bersama-sama dengan (sistem) pengetahuan
yang lain.
3. Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah suatu sistem
dimana manusia sebagai mahluk sosial berinteraksi. Adanya organisasi sosial itu
karena ada ketundukan terhadap pranata sosial yang diartikan oleh Suparlan
sebagai seperangkat aturan-aturan yang berkenaan dengan kedudukan dan
penggolongan dalam suatu struktur yang mencakup suatu satuan kehidupan sosial,
dan mengatur peranan serta berbagai hubungan kedudukan, dan peranan dalam
tindakan-tindakan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Di
antara bentuk organisasi sosial di Banten adalah stratifikasi sosial. Pada awal
di jaman Kesultanan, lapisan atas dalam stratifikasi sosial adalah pada Sultan
dan keluarganya/keturunannya sebagai lapisan bangsawan. Kemudian para pejabat
kesultanan, dan akhirnya rakyat biasa. Pada perkembangan selanjutnya, hilangnya
kesultanan, yang sebagian peranannya beralih pada Kiyai (kaum spiritual), dalam
stratifikasi sosial merekalah yang ada pada lapisan atas. Jika peranan itu
berpindah kepada kelompok lain, maka berpindah pulalah palisan itu.
4.
|
Sistem religi adalah hubungan antar
elemen-elemen dalam upacara agama. Agama Islam sebagai agama resmi keraton dan
keseluruhan wilayah kesultanan, dalam upacara-upacaranya mempunyai sistem
sendiri, yang meliputi peralatan upacara, pelaku upacara, dan jalannya upacara.
Misalnya dalam upacara Salat, ada peralatan-peralannya dari sejak mesjid,
bedug, tongtong, menara, mimbar, mihrab, padasan (pekulen), dan lain-lain.
Demikian pula ada pelakunya, dari sejak Imam, makmum, tukang Adzan, berbusana,
dan lain-lain; sampai kemudian tata cara upacaranya.
Di
jaman kesultanan, Imam sebagai pemimpin upacara Salat itu adalah Sultan sendiri
yang pada transformasinya kemudian diserahkan kepada Kadi. Pada perubahan
dengan tidak ada sultan, maka upacara agama berpindah kepemimpinannya kepada
kiyai. Perkembangan selanjutnya bisa jadi berubah karena transformasi peranan
yang terjadi.
5. Sistem Peralatan Hidup dan
Teknologi
Kehidupan masyarakat memang memerlukan
peralatan dan teknologi. Memperhatikan paralatan hidup dan teknologi dalam
kebudayaan Banten, dapat diperoleh informasinya dari peninggalan masa lalu.
Salah satu diantaranya misalnya relief, penemuan benda-benda arkeologis, dan
catatan-catatan masa lalu. Di jaman kesultanan, kehidupan masyarakat ditandai
dengan bertani, berdagang, dan berlayar termasuk nelayan. Dari corak kehidupan
ini terlihat bahwa peralatan hidup bagi petani masih terbatas pada alat-alat
gali dan lain-lain termasuk pemanfaatan hewan sebagai sumber energi.
Angkutan
dan teknologi pelayaran masih memanfaatkan energi angin yang karenanya
berkembang pengetahuan ramalan cuaca secara tradisional, misalnya dengan
memanfaatkan tanda-tanda alam. Demikian pula teknik pengolahan logam, pembuatan
bejana, dan lain-lain, memanfaatkan energi alam dan manusia. Tentu saja aspek
(unsur kebudayaan) ini secara struktural mengalami perubahan pada kini dan
nanti, meski secara fungsional mungkin tetap.
6.
|
Gambaran perkembangan mengenai hal ini
untuk sejarah manusia, akan tersentuh dengan kehidupan primitif, dari hidup
berburu sampai bercocok tanam. Hubungannya dengan kebudayaan Banten, sistem
mata pencaharian hidup sebagai salah satu unsur kebudayaan, terlihat dari jaman
kesultanan. Mata pencaharian hidup dari hasil bumi menampilkan adanya
pertanian. Dalam sistem pertanian itu ada tradisi yang masih nampak, misalnya
hubungan antara pemilik tanaman (petani) dan orang-orang yang berhak ikut mengetam
dengan pembagian tertentu menurut tradisi.
Dalam
nelayan misalnya ada sistem simbiosis antara juragan dan pengikut-pengikutnya
dalam usaha payang misalnya. Kedua belah pihak dalam mata pencaharian hidup itu
terjalin secara tradisional dalam sistem mata pencaharian. Mungkin pula
hubungan itu menjadi hubungan kekerabatan atau hubungan Patron-Clien.
Pada
masa kini kemungkinan sistem tersebut sudah berubah, disamping karena perubahan
mata pencaharian hidup, juga berubah dalam sistemnya karena penemuan peralatan
(teknologi) baru. Demikian pula kemungkinan di masa yang akan datang.
7. Kesenian
Kesenian adalah keahlian dan
keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai
indah. Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian
sebagai salah satu unsur kebudayaan. Dari segi macam-macamnya, kesenian itu
terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber pada keindahan suara dan
pandangan sampai pada perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual.
Ada tanda-tanda kesenian Banten itu
merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau diwarnai dengan
agama Islam. Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi
Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat. Arsitektur seperti ini
berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi
bentuk kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada
kecenderungan lepas dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.
|
1. Seni Debus Surosowan
2. Seni Debus Pusaka Banten
3. Seni Rudat
4. Seni Terbang Gede
5. Seni Patingtung
6. Seni Wayang Golek
7. Seni Saman
8. Seni Sulap-Kebatinan
9. Seni Angklung Buhum
10. Seni Beluk
11. Seni Wawacan Syekh
12. Seni Mawalan
13. Seni Kasidahan
14. Seni Gambus
15. Seni Reog
16. Seni Calung
17. Seni Marhaban
18. Seni Dzikir Mulud
19. Seni Terbang Genjring
20. Seni Bendrong Lesung
21. Seni Gacle
22. Seni Buka Pintu
23. Seni Wayang Kulit
24. Seni Tari Wewe
25. Seni Adu Bedug
26. Dan lain-lain
2. Seni Debus Pusaka Banten
3. Seni Rudat
4. Seni Terbang Gede
5. Seni Patingtung
6. Seni Wayang Golek
7. Seni Saman
8. Seni Sulap-Kebatinan
9. Seni Angklung Buhum
10. Seni Beluk
11. Seni Wawacan Syekh
12. Seni Mawalan
13. Seni Kasidahan
14. Seni Gambus
15. Seni Reog
16. Seni Calung
17. Seni Marhaban
18. Seni Dzikir Mulud
19. Seni Terbang Genjring
20. Seni Bendrong Lesung
21. Seni Gacle
22. Seni Buka Pintu
23. Seni Wayang Kulit
24. Seni Tari Wewe
25. Seni Adu Bedug
26. Dan lain-lain
|
Walaupun
mungkin, secara umum kesenian-kesenian tersebut akan tunduk pada hukum
perubahan sehubungan dengan pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak
diminati yang artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama
atau tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang tidak boleh lepas
dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau malah harus ada perubahan
kemasan.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Rancangan
Observasi
1. Persiapan
meliputi penyusunan panduan observasi, panduan pengamatan,
Kuesioner,
lembar kerja mahasiswa (LKM).
2. Penelitian,
meliputi pengambilan data langsung di lokasi Banten Lama dengan bantuan kamera,
instumen penelitian, dan wawancara dengan sumber ahli di lokasi Banteb lama
3. Pembahasan
dan pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membahas hasil analisis data yang
dirujuk kepada kajian pustaka dan beberapa literatur untuk dapat mengetahui
kebudayaan yang berlaku di Banten lama.
B.
Waktu
dan Tempat Observasi
Penelitian
dilaksanakan pada 3 Desember 2015 di kawasan Situs Purbakala Banten Lama
kecamatan Kasemen kabupaten Serang. Pemilihan lokasi ini ditentukan berdasarkan
tema Mata Kuliah yang sedang kami pelajari dan kawasan Situs Purbakala Banten
Lama mendukung dalam proses pembelajaran mata kuliah kali ini.
C.
Metode
Penelitian
1. Pengamatan
Lokasi
Pengamatan pada lokasi kawasan
Banten Lama bertujuan untuk menganalisis kebudayaan masyarakat apa saja yang
sedang berlaku pada saat sekarang yang akan dikaitkan dengan kebudayaan pada
saat Banten Lama masih berjaya. Adapun lokasi yang diamati meliputi Benteng
Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, dan Museum Situs Purbakala Banten Lama.
|
2.
|
a. Analisis
hasil wawancara
Analisis
hasil wawancara dengan narasumber di lokasi Kawasan Situs Purbakala Banten Lama
dengan menunjuk beberapa lokasi yang dirasa sebagai asal muasal munculnya
kebudayaan. Analisis wawancara dimaksud untuk mencari hubungan budaya yang
berkembang berdasarkan lokasi yang berbeda dan untuk mendapatkan suatu
penjelasan dari asal muasal adanya lokasi tersebut untuk dihubungkan dengan
budaya yang berkembang.
b. Analisis
Pustaka
Analisis
pustaka dimaksud untuk mendapatkan dukungan atas pernyataan narasumber, untuk
memperlengkap pengetahuan akan budaya Banten Lama dan sebagai referensi yang
sah untuk menyusun laporan observasi .
BAB
IV
PEMBAHASAN
A.
Bahasa
Dalam tinjauan pustaka
yang kami dapatkan menuliskan bahwa bahasa yang digunakan di banten lama pada
awal kedatangan kerajaan hindu adalah bahasa sunda. Namun, saat kerajaan demak
yang dipimpin oleh Syarif Hidayahtullah dan anaknya Hasanuddin, banten lama mengalami
peralihan budaya dalam segi bahasa yaitu bahasa jawa. Namun saat kedatangan VOC
ke Banten lama beberapa masyarakat yang menyebut diri mereka sebagai kaum maju
menjadikan bahasa arab sebagai bahasa komunikasi, hal ini dikarenakan kaum maju
adalah kaum yang memberontak kepada pihak asing dimana saat itu pihak asing
lebih mengutamakan aksara (jawa) oleh karena itu bahasa arab digunakan sebagai
bahasa komunikasi untuk menjaga kerahasiaan dan lebih aman.
Berdasarkan hasil
observasi kami mengenai kebudayaan di Banten lama, kami mendapatkan pernyataan
dari narasumber terpercaya dimana bahasa yang digunakan sebelum islam masuk
kebanten lama adalah bahasa sunda, namun saat islam masuk bahasa berubah
menjadi bahasa jawa, hal ini terbukti dengan adanya peninggalan keraton di
Banten lama yang membuktikan bahwa budaya jawa pernah masuk ke Banten lama.
Menurut narasumber kami, bahasa arab juga pernah digunakan sebagai bahasa
komunikasi sehari-hari dan hal ini diperlengkap dengan kajian pustaka
bahwasanya bahasa arab digunakan sebagai alat komunikasi rahasia oleh para kaum
pemberontak agar tidak diketahui pihak asing.
B. Sistem
Pengetahuan
Menurut tinjauan
pustaka, sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat Banten adalah kosmologi,
tentang alam semesta. Pada fase perkembangan awal pengetahuan tentang kosmologi
orang Banten, bahwa alam ini milik Gusti Pangeran yang dititipkan kepada Sultan
yang berpangkat Wali setelah Nabi. Karena itu hierarchi Sultan adalah suci.
|
|
Gambar 4.1 (Daftar nama-nama kesultanan
Banten)
C.
Organisasi
Sosial
Banten
lama yang selama kejayaannya memiliki penguasa yang berganti-ganti juga menjadi
salah satu faktor adanya perubahan budaya dalam masyarakat. Banten lama yang
notabenenya adalah sebuah kerajaan memiliki lapisan sosial kesultanan dan
beberapa orang cendikiawan yang memiliki pengaruh yang besar tehadap
pemerintahan pada masa itu. Masyarakat Banten lama tidak memiliki organisasi
sosial. Dalam budayanya pada masa itu mereka hanya tunduk pada pemerintahan
sultan dan tidak adanya pemberontakan yang mereka lakukan karena mereka merasa
bahwa segala keputusan sultan adalah baik. Namun saat pemerintaha Banten Lama
jatuh ketangan VOC, banyak organisasi sosial bermunculan yang memiliki banyak
tujuan dan maksud untuk menghancurkan atau mendukung pemerintahan asing di
Banten lama. Adapun lapisan sosia yang memberontak pemerintahan VOC adalah kaum
maju, dan lapisan sosial yang mendukung pemerintahan VOC adalah kaum elite.
|
Gambar 4.2 ( Watu Gilang ) Gambar 4.3 (Penjelasan Watu
Gilang)
D.
Sistem
Religi
Sistem
religi di Banten Lama memiliki sejarah yang panjang, dikarenakan perubahan
kekuasaan yang sering terjadi di Banten Lama mulai dari kerajaan hindu,
kerajaan islam sampai dengan VOC. Namun dikarenakan adanya kesultanan yang
berkuasa di Banten Lama menganut sistem religi islami sehingga Banten Lama
memiliki agama pasti yaitu Islam. Perkembangan agama islam di Banten lama
ditandai dengan berdirinya Mesjid Agung di Banten lama.
Gambar 4.4
( Masjid Agung )
|
Seiring dengan
berkembangnya agama Islam di Banten lama, budaya masyarakat Banten lama pun
lebih Islami, menurut narasumber kami adat masyarakat yang biasanya dilakukan
di Masjid Agung ini adalah Maulid Nabi, Rajab-an, pengajian dan juga ziarah
dikarenakan pada halaman belakang Masjid Agung terdapat makam keluarga, makam
pembesar di istana, ada pula makam Sultan Ageng Tirtayasa, makam sultan
Muhammad Hasanudin, istri Sultan Hasanudin, Sultan Hasanudin sendiri. Ada dua
Sultan, dua istri Sultan, dan satu penasihat sultan. Sehingga akibat dari
sistem religi Banten lama adalah Islam, kebudayaan masyarakat Banten lama juga
islami.
E.
Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi
Dalam
observasi kami pada lokasi Benteng Keraton Surosowan dan Museum Situs Purbakala
Banten lama banyak sekali peninggalan peralatan hidup dan teknologi yang dapat
diamati. Adapun peralatan hidup dan teknologi yang dapat diamati sebagai
berikut.
1. Penyaring Air.
Gambar 4.5 (batu cadas) Gambar 4.6 (skema penyaringan air) Gambar 4.7 (gentong air)
Pada masa kejayaan
Banten Lama, telah banyak teknologi dan peralatan yang menunjang kehidupan
masyakat disana salah satunya adalah penyaringan air. Penyaringan air memakai
batu cadas yang ditaruh dalam gentong, dimana batu cadas berfungsi sebagai
penyaring air yang keruh sehingga air
yang masuk dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya teknologi
ini, masyarakat Banten lama sudah memiliki kebiasan memakai air bersih dan
memiliki peralatan modern yang dapat mengubah air keruh menjadi air bersih.
2.
|
Gambar 4.8 (serumbung sumur) Gambar 4.9(sumur)
Menurut sumber kami,
serumbung sumur digunakan masyarakat banten sebagai alat pembuat sumur untuk
sumber air bagi masyarakatnya. Serubung sumur digunakan untuk memberikan
tekanan kepada tanah yang digali sehingga membentuk lubang silinder, serumbung
sumur digunakan juga sebagai penyanggah tanah agar tanah selalu berbentuk
silinder.
Narasumber kami
menjelaskan bahwasanya adanya teknologi penyaringan air dan serumbung sumur di
masyarakat banten lama dimulai pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa
yang membuat 3 pengindelan air yang bermuara di keraton. Adanya kali kepandean
dibelakang kawasan Banten Lama juga dapat menjadi salah satu keuntungan bagi
masyarakat Banten lama. Sultan Ageng Tirtayasa membangun 3 pengindelan untuk
menghasilkan air bersih yang siap pakai untuk keraton dan masyarakat. Sultan
Ageng Tirtayasa juga membangun pembuangan air kotor yang berada di sekitar
pingiran Banten lama menuju kanal dimana kanal digunakan untuk melindungi
benteng. sehingga adanya pengetahuan dan teknologi penyaringan air di Banten
lama adalah hasil dari kepemimpinan Sultan Tirtayasa sehingga adat dan
kebiasaan masyarakat pun berubah menjadi lebih modern.
F.
Sistem
Mata Pencaharian Hidup
Menurut sumber pustaka
kami, masyarakat Banten lama memiliki mata pencaharaian sebagai petani. Hal ini
terlihat dari banyaknya saluran air yang dibuat untuk mengairi lahan.
|
Selain pengrajin batu
bata, salah satu peralihan profesi masyarakat banten adalah Pandai Emas.
Peralatan yang digunakan para pandai emas adalah peralatan yang sangat sederhana
dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Adapun para pandai emas ini pada masa
kesultanan banten masih berada dalam pengawasan kesultanan. Karena pada saat
Banten lama berjaya, masyarakat biasa tidak dapat memiliki barang mewah apapun,
masyarakat hanya tunduk dan bekerja hanya untuk kesultanan saja.
Gambar
4.10
(Pandai Emas) Gambar
4.11 (Dinding
benteng keraton)
G.
Kesenian
Pada
kajian pustaka, terdapat tanda-tanda kesenian Banten merupakan peninggalan
sebelum Islam datang dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam. Contohnya
pada bangunan Gerbang Kenari, bentuk Gerbang Kenari ini cukup unik karena
gerbang kenari ini berbentuk gerbang bentar yang unik seperti gerbang-gerbang
kerajaan Majapahit (hindu) dan gerbang keraton kasepuhan Cirebon (Islam). Lalu
pada Masjid Agung Banten dan Pendopo depan Masjid
|
Gambar 4.12
(Penjelasan Gerbang Kenari)Gambar 4.13 (Menara dan Masjid
Agung
Banten)
Agung
Banten, berikut keterangan yang kami kutip dari hasil wawancara dengan
narasumber yang berkaitan dengan konstruksi bangunan Masjid Agung Banten dan
fungsi dari Pendopo depan Masjid, “Masjid
Agung Banten mempunyai atap berbentuk limas yang bersusun lima yang
melambangkan rukun islam, pintu yang ada di masjid Agung Banten ada enam buah
yang melambangkan rukun iman. Konstruksi
bangunan yang ada di dalam masjid Agung Banten ini ditopang oleh kayu-kayu
bukan pilar beton, yang jumlahnya 24. Empat yang utama merupakan lambang empat
mahzab (imam), kemudian yang 20 menunjukkan sifat wajib bagi Allah SWT.
Konstruksi tersebut tidak sembarang dibangun, namun ada makna filosofisnya.
Tiang-tiang yang dibangun ditopang oleh umpak tiang yang berbentuk labu parang,
yang konon katanya dulu masyarakat mayoritas mengonsumsi labu parang ketimbang
beras. Pendopo di depan masjid dibangun pada abad-19 untuk mengantisipasi
kepadatan jama’ah di kiyamah (tempat berkumpul untuk musyawarah)”. Serta
kutipan hasil wawancara tentang gedung di samping masjid “Ada sebuah gedung di samping masjid yang berwarna kuning yang
arsitektur bangunannya bergaya Belanda, yang digunakan sebagai tempat pertemuan
keagamaan, jika ada kegiatan pengajian, adanya maklumat yang akan disampaikan
dari sultan kepada rakyat yang dirembuk terlebih dahulu di gedung tersebut”.
|
Gambar 4.14 (Penjelasan Debus) 4.15 (Alat-alat Debus)
Di
dalam Museum Situs Kepurbakalaan juga terdapat alat kesenian Debus yang menurut
beberapa sumber, permainan ini dikenal pada masa Sultan Hasanuddin. Pada saat
itu peranan kesenian tradisional debus adalah sebagai sarana untuk menyebarkan
agama Islam. Kemudian pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, Debus digunakan sebagai sarana prasarana untuk
membangkitkan semangat para pejuang dan rakyat Banten dalam melawan penjajah
Belanda.
Dapat
disimpulkan bahwa sebelum Islam masuk ke Banten, seni arsitektur bangunan di
Banten di pengaruhi oleh budaya lain seperti budaya agama Hindu atau agama
Budha. Setelah agama Islam masuk ke dalam Banten, seni arsitektur di Banten
dipengaruhi oleh budaya Islam dan setelah bangsa para pendatang (VOC atau
Belanda) datang, arsitektur bangunan mulai di pengaruhi oleh gaya arsitektur
Belanda. Serta kesenian Debus, sampai sekarang kesenian tersebut masih tetap
ada, mungkin belum berubah kecuali kemasan-kemasannya.
Walaupun
mungkin, secara umum kesenian-kesenian tersebut akan tunduk pada hukum
perubahan sehubungan dengan pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak
diminati yang artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama
atau tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang tidak boleh lepas
dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau malah harus ada perubahan
kemasan.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kebudayaan
Banten pada masater dahulu
a. Kebudayaan
Banten pada masa terdahulu ditinjau dari bahasa yang digunakan. Bahsa yang
digunakan sebelum Islam masuk ke Banten Lama adalah bahasa sunda, namun saat
Islam masuk bahasa berubah menjadi bahasa jawa, hal ini terbukti dengan adanya peninggalan
keraton di Banten Lama yang membuktkan bahwa
budaya jawa pernah masuk ke Banten Lama. Bahasa arab juga pernah digunakan sebagai
bahasa komunikasi sehari-hari dan hal ini diperlengkap dengan kajian pustaka bahwasannya
bahasa arab digunakan sebagai alat komunikasi rahasia oleh para kaum pemberontak
agar tidak diketahui pihak asing.
b. Kebudayaan
ditinjau dari hubungan social. Pada masa terdahulu, masyarakat Banten sangat tunduk
kepada sultan. Apapun keputusan yang disampaikan oleh sultan yang memimpin akan
senantiasa dianggap baik keputusannya.
c. Kebudayaan
ditinjau dari keagamaan. Pada masa terdahulu, agama yang banyak digunakan di
Banten Lama adalah agama Islam dan sampai saat ini Banten terkenal dengan budaya
ke-Islamannya hal Ini diperkuat dengan bedirinya Masjid Agung Banten beserta menaranya
yang menjadi pusat kebudayaan Islam di Banten.
d.
|
2.
|
B.
Saran
Untuk masyarakat Banten maupun diluar Banten. Banyak sekali budaya-budaya
Indonesia yang harus senantiasa dijaga, dirawat, dan dilndungi kelestariannya. Agar budaya di Indonesia bias berkembang dan maju serta tidak ada lagi yang mencuri kebudayaan Indonesia, khususnya di
Banten.
gambarnya gk ada nih gan, perbaharui dong
BalasHapus