KANKER ENDOMETRIUM
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian
tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia setiap
tahun, 142.000 perempuan terdiagnosis dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal
karena penyakit ini. Di regional Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk
didalamnya insiden kanker endometrium mencapai 4,8 persen dari 670.587 kasus kanker
pada perempuan.
Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berkaitan dengan meningkatnya status kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum wanita semakin tinggi yang menyebabkan jumlah wanita yang berusia lanjut semakin banyak yang diiringi dengan penggunaan terapi hormon pengganti untuk mengatasi gejala-gejala menopausenya. Kanker endometrium umumnya ditemukan pada penderita berusia 50 tahun keatas. Selain itu, telah ditemukan bahwa peningkatan kejadian obesitas juga memegang peranan penting dalam meningkatnya angka kejadian kanker endomerium. Hal ini menyebabkan meskipun kanker endometrium menempati urutan ke empat kanker yang paling sering terjadi. Namun, kanker endometrium tersebut menempati urutan ke delapan kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan.
Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berkaitan dengan meningkatnya status kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum wanita semakin tinggi yang menyebabkan jumlah wanita yang berusia lanjut semakin banyak yang diiringi dengan penggunaan terapi hormon pengganti untuk mengatasi gejala-gejala menopausenya. Kanker endometrium umumnya ditemukan pada penderita berusia 50 tahun keatas. Selain itu, telah ditemukan bahwa peningkatan kejadian obesitas juga memegang peranan penting dalam meningkatnya angka kejadian kanker endomerium. Hal ini menyebabkan meskipun kanker endometrium menempati urutan ke empat kanker yang paling sering terjadi. Namun, kanker endometrium tersebut menempati urutan ke delapan kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan.
Berdasarkan hal di atas,
maka penulis mengambil topik mengenai kanker endometrium.
1
B.
|
|
Masalah
dalam karya tulis ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan
kanker ?
2.
Apa yang dimaksud dengan
kanker endometrium ?
3.
Bagaimana gejala kanker endometrium
?
4.
Bagaimana cara
mendeteksi secara dini kanker endometrium pada wanita ?
5.
Bagaimana cara
pengobatan kanker endometrium ?
6.
Apa saja faktor risiko
kanker endometrium ?
7.
Bagaimana cara
pencegahan kanker endometrium ?
C.
Tujuan
Tujuan dari
permasalahan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.
Dapat memahami kanker.
2.
Dapat memahami kanker endometrium
3.
Dapat mengetahui gejala
kanker endometrium
4.
Dapat mendeteksi secara
dini kanker endometrium pada wanita
5.
Dapat mengetaui cara
pengobatan kanker endometrium
6.
Dapat mengetahui faktor
risiko kanker endometrium
7.
Dapat mengetahui
pencegahan kanker endometrium
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Wikipedia Indonesia kanker
endometrium adalah jaringan atau selaput lendir rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal,
seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim.
Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba fallopi, dan saluran menuju vagina.
Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan
seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit
ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua.
Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan
oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba fallopi dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim
sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain
adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening.
3
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian/karya
ilmiah ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran atau uraian
suatu keadaan sejelas mungkin. Isi bab 5 “Kanker
Endometrium” pada buku yang berjudul
“Deteksi Dini Kanker dan Simplisia
Antikanker”.
4
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Memahami
Kanker
Kanker adalah istilah
umum untuk pertumbuhan sel tidak normal atau suatu kondisi di mana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan
yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Sel-sel kanker akan terus
membelah diri dan tidak mengindahkan kaidah hukum-hukum pembiakan. Kanker bisa
terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ, seperti sel kulit, sel
hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran kencing
dan berbagai macam sel tubuh lainnya. Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas
yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif)
dan bisa menyebar (metastasis) ke
seluruh tubuh. Sel-sel kanker di bentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses
rumit yang disebut transformasi, yang
terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
Pada tahap inisiasi,
terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi
ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan
genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
5
|
Pada saat sebuah sel menajadi ganas, sistem
kekebalan tubuh sering dapat merusaknya sebelum sel ganas tersebut berlipat
ganda dan menjadi suatu kanker. Namun, apabila sistem kekebalan tubuh tidak
berfungsi secara normal, maka tubuh cenderung rentan terhadap risiko kanker (Diananda,
2009:16).
B. Kanker
Endometrium
Endometrium
adalah selaput lendir rahim. Haid bisa terjadi karena adanya endometrium ini.
Sekitar 95% kanker endometrium adalah jenis adenokarsinoma.
Kanker ini umumnya ditemukan pada wanita usia di atas 50 tahun, jarang di bawah
usia 40 tahun. Kanker endomentrium lebih banyak dijumpai pada wanita yang tidak
mempunyai anak dan wanita yang tidak menikah. Risiko timbulnya kanker
endometrium akan meningkat pada wanita pengguna preparat estrogen, misalnya
pada terapi sulih hormon yang digunakan wanita menjelang menopause, walaupun
tergantung lama dan dosis pemakaian. Pencegahan primer merupakan usaha
menghindari faktor resiko.
C.
Gejala
Kanker Endometrium
Beberapa
gejala yang dialami yaitu :
1.
Pendarahan abnormal dari uterus, terutama
setelah menopause
2.
Keputihan yang bisa bercampur darah dan nanah
3.
Rasa nyeri di perut bawah, terutama bila sudah
terjadi penyebaran
4.
Pendarahan yang banyak dan lama sebelum
menopause
Hanya
sekitar 1-5% dari kasus kanker endometrium yang terdiagnosis tanpa gejala
klinis.
D.
|
Upaya
deteksi dini dilakukan pada wanita yang berisiko terkena kanker endometrium,
seperti wanita postmenopause dengan
pemberian estrogen, wanita postmenopause
gemuk dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara atau endometrium, menopause
pada usia si atas 52 tahun dan wanita premenopause
dengan haid yang lama dan banyak. Deteksi dini dilakukan dengan metode aspirasi
kuretase kavum uteri untuk
pemeriksaan sitologik.
E.
Pengobatan
Kanker Endometrium
Pengobatan
yang dapat di lakukan yaitu dengan operasi, radiasi atau kombinasi keduanya.
F.
Faktor
Risiko Kanker Endometrium
Penyebab
kanker endometrium belum diketahui pasti. Namun, banyak ahli menduga
penyebabnya ialah rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Berikut
ini beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kejadian kanker endometrium :
1. Obesitas
atau kegemukan
Obesitas
merupakan faktor risiko utama, tidak tergantung sudah atau belum menopause.
Angka kejadian timbulnya kanker endometrium 2-20 kali dibandingkan dengan
wanita dengan berat badan normal.
2. Haid
pertama (menarke)
Menarke sebelum
usia 12 tahun berisiko 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan menarke setelah usia 12 tahun. Di bawah ini adalah metode
perhitungan angka kejadian yang disebut Menstruation
Span (MS) yaitu usia menopause-usia menarke-(jumlah
melahirkan x 1,5). Bila jumlah MS 39 maka risiko terkena kanker endometrium
sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
3.
|
Risiko
kanker endometrium lebih tinggi pada wanita yang tidak pernah melahirkan, baik
pada wanita menikah maupun tidak. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita
kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lain menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan
(intertilitai) lebih berperan
daripada jumlah melahirkan (paritas).
4. Penggunaan
estrogen
Estrogen
sering digunakan sebegai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini
diikuti dengan meningkatnya risiko kanker endometrium
5. Hiperplasia endometrium
Hiperplasia endometrium
adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai
peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan
terus-menerus. Disebut neoplasia
endometrium intraepitel bila hiperplasia
endometrium disertai sel-sel atipik
dan meningkatkan risiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.
6. Diabetes Melitus (DM)
Diabetes melitus dan
gangguan toleransi glukosa meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
7. Hipertensi
Hipertensi
meningkatkan risiko kanker endometrium.
8. Faktor
lingkungan dan diet
9. Riwayat
keluarga
Adanya
riwayat kanker payudara dan kanker endometrium dalam keluarga meningkatkan
risiko terkena kanker endometrium.
10. Tumor
memproduksi estrogen
Adanya
tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
G.
|
Pencegahan
primer merupakan usaha menghindari faktor risiko, seperti menurunkan berat
badan bagi yang kegemukan, pengguna pil KB pilih yang kombinasi (campuran
estrogen dan progesteron) dibanding sekwensial
(estrogen dan progestero terpisah) dan dilakukan cek kesehatan berkala bagi
penggunaan terapi estrogen (Dalimartha, 2004:30).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Kanker
adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal atau suatu kondisi di
mana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
3.
Beberapa gejala yang dialami yaitu Pendarahan
abnormal dari uterus, terutama setelah menopause, keputihan yang bisa bercampur
darah dan nanah, rasa nyeri di perut bawah, terutama bila sudah terjadi
penyebaran, pendarahan yang banyak dan lama sebelum menopause
4.
Deteksi dini dilakukan dengan metode aspirasi kuretase kavum uteri untuk
pemeriksaan sitologik.
5.
Pengobatan yang dapat di lakukan yaitu dengan
operasi, radiasi atau kombinasi keduanya
6.
Berikut ini beberapa faktor risiko yang bisa
meningkatkan kejadian kanker endometrium, yaitu obesitas atau kegemukan, haid
pertama (menarke), tidak pernah
melahirkan, penggunaan estrogen, hiperplasia
endometrium, diabetes mellitus, hipertensi, faktor lingkungan dan diet,
riwayat keluarga serta tumor memproduksi estrogen.
7.
Menurunkan berat badan bagi yang kegemukan,
pengguna pil KB pilih yang kombinasi dan dilakukan cek kesehatan berkala bagi
penggunaan terapi estrogen.
10
B.
|
Sebaiknya
hindari pola hidup tidak sehat yang dapat memicu faktor risiko kanker
endometrium, seperti obesitas. Deteksi dini perlu dilakukan untuk penanganan
penyakit kanker ini selanjutnya karena angka keberhasilan terapi sangat
berkaitan dengan stadium saat diagnosa dan pengobatan. Semakin tinggi stadium
saat diagnosa, maka keberhasilan terapi akan semakin menurun dengan modalitas
pengobatan yang semakin agresif.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha,
Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia
Antikanker. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Diananda, Rama. 2009.
Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta:
Katahati.
Wikipedia. 2014. [http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_endometrium]. Kanker
Endometrium. [ 13 Desember 2014].
12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar