Sabtu, 02 Januari 2016

KANKER ENDROMETRIUM



KANKER ENDOMETRIUM
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia setiap tahun, 142.000 perempuan terdiagnosis dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal karena penyakit ini. Di regional Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk didalamnya insiden kanker endometrium mencapai 4,8 persen dari 670.587 kasus kanker pada perempuan.
Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berkaitan dengan meningkatnya status kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum wanita semakin tinggi yang menyebabkan jumlah wanita yang berusia lanjut semakin banyak yang diiringi dengan penggunaan terapi hormon  pengganti untuk mengatasi gejala-gejala menopausenya. Kanker endometrium umumnya ditemukan pada penderita berusia 50 tahun keatas. Selain itu, telah ditemukan bahwa peningkatan kejadian obesitas juga memegang peranan penting dalam meningkatnya angka kejadian kanker endomerium. Hal ini menyebabkan meskipun kanker endometrium menempati urutan ke empat kanker yang paling sering terjadi. Namun,  kanker endometrium tersebut menempati urutan ke delapan kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis mengambil topik mengenai kanker endometrium.


1
B.      

 
2
 
Rumusan Masalah
Masalah dalam karya tulis ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan kanker ?
2.      Apa yang dimaksud dengan kanker endometrium ?
3.      Bagaimana gejala kanker endometrium ?
4.      Bagaimana cara mendeteksi secara dini kanker endometrium pada wanita ?
5.      Bagaimana cara pengobatan kanker endometrium ?
6.      Apa saja faktor risiko kanker endometrium ?
7.      Bagaimana cara pencegahan kanker endometrium ?

C.      Tujuan
Tujuan dari permasalahan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.      Dapat memahami kanker.
2.      Dapat memahami kanker endometrium
3.      Dapat mengetahui gejala kanker endometrium
4.      Dapat mendeteksi secara dini kanker endometrium pada wanita
5.      Dapat mengetaui cara pengobatan kanker endometrium
6.      Dapat mengetahui faktor risiko kanker endometrium
7.      Dapat mengetahui pencegahan kanker endometrium







BAB II

LANDASAN TEORI

Menurut Wikipedia Indonesia kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lendir rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim.
Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba fallopi, dan saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua.
Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba fallopi dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.










3
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian/karya ilmiah ini menggunakan metode deskriptif, yaitu  metode yang memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas mungkin. Isi bab 5 “Kanker Endometrium” pada buku yang berjudul  Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker”.






















4
BAB IV

ANALISIS DATA

A.      Memahami Kanker
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal atau suatu kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Sel-sel kanker akan terus membelah diri dan tidak mengindahkan kaidah hukum-hukum pembiakan. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ, seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran kencing dan berbagai macam sel tubuh lainnya. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker di bentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
Pada tahap inisiasi, terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih  rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.



5
6
 
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Pada saat sebuah sel menajadi ganas, sistem kekebalan tubuh sering dapat merusaknya sebelum sel ganas tersebut berlipat ganda dan menjadi suatu kanker. Namun, apabila sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi secara normal, maka tubuh cenderung rentan terhadap risiko kanker (Diananda, 2009:16).

B.       Kanker Endometrium
Endometrium adalah selaput lendir rahim. Haid bisa terjadi karena adanya endometrium ini. Sekitar 95% kanker endometrium adalah jenis adenokarsinoma. Kanker ini umumnya ditemukan pada wanita usia di atas 50 tahun, jarang di bawah usia 40 tahun. Kanker endomentrium lebih banyak dijumpai pada wanita yang tidak mempunyai anak dan wanita yang tidak menikah. Risiko timbulnya kanker endometrium akan meningkat pada wanita pengguna preparat estrogen, misalnya pada terapi sulih hormon yang digunakan wanita menjelang menopause, walaupun tergantung lama dan dosis pemakaian. Pencegahan primer merupakan usaha menghindari faktor resiko.
C.      Gejala Kanker Endometrium
Beberapa gejala yang dialami yaitu :
1.        Pendarahan abnormal dari uterus, terutama setelah menopause
2.        Keputihan yang bisa bercampur darah dan nanah
3.        Rasa nyeri di perut bawah, terutama bila sudah terjadi penyebaran
4.        Pendarahan yang banyak dan lama sebelum menopause
Hanya sekitar 1-5% dari kasus kanker endometrium yang terdiagnosis tanpa gejala klinis.


D.     
7
 
Deteksi Dini Kanker Endometrium
Upaya deteksi dini dilakukan pada wanita yang berisiko terkena kanker endometrium, seperti wanita postmenopause dengan pemberian estrogen, wanita postmenopause gemuk dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara atau endometrium, menopause pada usia si atas 52 tahun dan wanita premenopause dengan haid yang lama dan banyak. Deteksi dini dilakukan dengan metode aspirasi kuretase kavum uteri untuk pemeriksaan sitologik.
E.       Pengobatan Kanker Endometrium
Pengobatan yang dapat di lakukan yaitu dengan operasi, radiasi atau kombinasi keduanya.
F.       Faktor Risiko Kanker Endometrium
Penyebab kanker endometrium belum diketahui pasti. Namun, banyak ahli menduga penyebabnya ialah rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Berikut ini beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kejadian kanker endometrium :
1.    Obesitas atau kegemukan
Obesitas merupakan faktor risiko utama, tidak tergantung sudah atau belum menopause. Angka kejadian timbulnya kanker endometrium 2-20 kali dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal.
2.    Haid pertama (menarke)
Menarke sebelum usia 12 tahun berisiko 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan menarke setelah usia 12 tahun. Di bawah ini adalah metode perhitungan angka kejadian yang disebut Menstruation Span (MS) yaitu usia menopause-usia menarke-(jumlah melahirkan x 1,5). Bila jumlah MS 39 maka risiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.

3.   
8
 
Tidak pernah melahirkan
Risiko kanker endometrium lebih tinggi pada wanita yang tidak pernah melahirkan, baik pada wanita menikah maupun tidak. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lain menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan (intertilitai) lebih berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
4.    Penggunaan estrogen
Estrogen sering digunakan sebegai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya risiko kanker endometrium
5.    Hiperplasia endometrium
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus-menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel bila hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipik dan meningkatkan risiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.
6.    Diabetes Melitus (DM)
Diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
7.    Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko kanker endometrium.
8.    Faktor lingkungan dan diet
9.    Riwayat keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dan kanker endometrium dalam keluarga meningkatkan risiko terkena kanker endometrium.
10.     Tumor memproduksi estrogen
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
G.     
9
 
Pencegahan Kanker Endometrium
Pencegahan primer merupakan usaha menghindari faktor risiko, seperti menurunkan berat badan bagi yang kegemukan, pengguna pil KB pilih yang kombinasi (campuran estrogen dan progesteron) dibanding sekwensial (estrogen dan progestero terpisah) dan dilakukan cek kesehatan berkala bagi penggunaan terapi estrogen (Dalimartha, 2004:30).
























BAB V

PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.         Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal atau suatu kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
2.         Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lendir rahim yang tumbuh di luar rahim.
3.         Beberapa gejala yang dialami yaitu Pendarahan abnormal dari uterus, terutama setelah menopause, keputihan yang bisa bercampur darah dan nanah, rasa nyeri di perut bawah, terutama bila sudah terjadi penyebaran, pendarahan yang banyak dan lama sebelum menopause
4.         Deteksi dini dilakukan dengan metode aspirasi kuretase kavum uteri untuk pemeriksaan sitologik.
5.         Pengobatan yang dapat di lakukan yaitu dengan operasi, radiasi atau kombinasi keduanya
6.         Berikut ini beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kejadian kanker endometrium, yaitu obesitas atau kegemukan, haid pertama (menarke), tidak pernah melahirkan, penggunaan estrogen, hiperplasia endometrium, diabetes mellitus, hipertensi, faktor lingkungan dan diet, riwayat keluarga serta tumor memproduksi estrogen.
7.         Menurunkan berat badan bagi yang kegemukan, pengguna pil KB pilih yang kombinasi dan dilakukan cek kesehatan berkala bagi penggunaan terapi estrogen.

10
B.      
11
 
Saran
Sebaiknya hindari pola hidup tidak sehat yang dapat memicu faktor risiko kanker endometrium, seperti obesitas. Deteksi dini perlu dilakukan untuk penanganan penyakit kanker ini selanjutnya karena angka keberhasilan terapi sangat berkaitan dengan stadium saat diagnosa dan pengobatan. Semakin tinggi stadium saat diagnosa, maka keberhasilan terapi akan semakin menurun dengan modalitas pengobatan yang semakin agresif.


















DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker.           Jakarta: Penebar Swadaya.
Diananda, Rama. 2009. Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati.
Wikipedia. 2014. [http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_endometrium]. Kanker        Endometrium. [ 13 Desember 2014].















12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar