A.
SEJARAH
KEPANDUAN INDONESIA
Masa-masa perkembangan
awal sejarah kepanduan di Indonesia, yaitu:
a. Fase
Hindia Belanda “Mengobarkan Unggun perjuangan”
Sejarah
perkembangan kepanduan di tanah air dibagi dalam tiga fase perkembangan yaitu
fase Hindia Belanda, Penjajahan jepang dan fase kemerdekaan.
Kepanduan
di Indonesia pertama kali berkembang pada masa colonial Belanda. Tepatnya tahun
1912 berdirilah di Indonesia sebuah cabang kepanduan bernama “Nederlandse
Padvinders Organisatie” (NPO) yang diprakarsai oleh DJ Smyt orang berkebangsaan
Belanda. Empat tahun kemudian yaitu tahun 1916
namanya berubah menjadi Nederlandse Indische Padvinders Vereeniging” (NIPV).
Karena NIPV adalah kepanduan yang dikelola oleh Belanda maka pada tahun itu
juga S.P. Mangkunegara VII memprakarsai pendirian pandu yang bernama Javaanse
Padvinders Organisatie” (JPO) ternyata prakarsanya ini diikuti oleh beberapa
organisasi untuk mendirikan organisasi kepanduan. Alasan yang mendasar dari
pendirian organisasi kepanduan baik bercirikan Agama maupun Nasionalisme di
Indonesia adalah bahwa pada masa itu merupakan masa pergerakan nasional.
Tokoh-tokoh pergerakan beranggapan bahwa kepanduan bisa dijadikan organisasi
yang bisa mendukung pergerakan nasional dalam rangka meraih kemerdekaan. Anak-anak
muda mulai diaktifkan dalam kegiatan ini dalam rangka menumbuhkan semangat
juang melalui keaktifan disebuah organisasi.
Contoh-contoh
organisasi kepanduan yang berdiri dalam rentang waktu tersebut adalah :
1. “Padvinders
Muhammadiyah” yang tahun 1920 menjadi Hizbul Wathon
2. “Nationale
Padvinderij” didirikan oleh Budi Utomo
3. “Syarikat
Islam Afdeling Padvinderij” didirikan oleh Syarikat Islam dan kemudian
berubah menjadi “Syarikat Islam
Afdeling Pandu” atau yang disebut sebagai SIAP
4. “Nationale
Islamietishe Padvinderij” (NATIPIJ) didirikan jong Islamieten Bond (JIB)
5. “Indonesia
Nationale Padvinders Organisatie” (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia
Tahun-tahun tersebut adalah masa dimana
Indonesia sedang dirasuki ruh persatuan dan pergerkan. Dalam organisasi
kepanduan hasrat tersebut juga merasuki pemuda-pemuda pandu tersebut untuk
bersatu memperjuangkan bangsa. Maka pada tanggal 23 Mei tahun 1928 ditahaun
yang sama dimana terjadi kongres pemuda II beberapa organisasi kepanduan
seperti Pandu Kebangsaan, INPO,SIAP,NATIPIJ dan PPS membentuk PAPI
(Persaudaraan Antara Pandu Indonesia).
PAPI dan Sumpah pemuda ternyata menyulut
api perkembangan pandu di Indonesia. Setelah terjadi sumpah pemuda tahun 1928
dan terbentuknya PAPI maka kepanduan semakin menjamur ditanah air. Dalam
rentang waktu 1928 hingga 1938 banyak organisasi yang mendirikan kepanduan yang
bernapaskan Agama dan Kebangsaan diantaranya :
1. Pandu
Indonesia (PI)
2. Padvinders
Organisatie Pasundan (POP)
3. Pandu
Kesultanan (PK)
4. Sinar
Pandu Kita (SPK)
5. Kepanduan
Rakyat Indonesia (KRI)
6. Pandu
Anshor, Alwathoni, Hizbul Wathon
7. Kepanduan
Islam Indonesia (KII)
8. Islamitische
Padvinders Organisatie (IPO)
9. Tri
Darma (Kristen)
10. Kepanduan
Azas Katholik Indonesia (KAKI)
11. Kepanduan
Masehi Indonesia (KMI)
Seiring
api pergerakan yang makin berkobar keseluruh penjuru Indonesia dan menjamurnya
organisasi kepanduan maka pada bulan April tahun 1938 PAPI yang sudah ada
dikembangkan manjadi sebuah Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia
(BPPKI). Salah satu upaya yang dilakukan BPPKI dalam rangka menggalang
persatuan antar oragnisasi kepanduan adalah dengan merencanakan “All Indonesian
Jamboree”.
Dalam
perjalanannya “All Indonesian Jamboree” mengalami beberapa perubahan dalam hal
waktu pelaksanaan, tempat dan nama kegiatan tersebut. akhirnya dengan didorong
niat yang tulus dan iklas All Indonesian Jamboree terlaksana juga namun namanya
diganti menjadi “Perkemahan Kepanduan Indonesia Umum” yang disingkat PERKINO
dan dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 19 s.d 23 Juli 1941.
b. Masa
Pendudukan Jepang
Jepang
“Dai Nippon” atau yang biasa disebut Negara Matahari terbit pada saat itu
adalah Negara yang sedang dilanda Fasisme seperti Italia dibawah pimpinan
Musolini dan Jerman yang dikuasi Hitler yang semuanya menyebabkan terjadinya
perang dunia ke II.
Setelah
Restorasi Meiji jepang mulai membuka diri. Perekonomiannya semakin berkembang
bahkan dalam bidang industri. Karena perkembangan ekonominya ini Jepang mulai
bermimpi untuk mendirikan kekaisaran Asia Timur Raya. Mulailah Negara Sakura
itu menginpasi Negara-negara tetangganya.
Setelah
memenangi peperangan dengan Rusia Jepang makin percaya diri pada kemampuan
tempurnya. China, Korea bahkan Indonesia bisa dikuasi Jepang. Semua Negara yang
berada dibawah pendudukannya dipaksa untuk ikut serta membangun kekaisaran Asia
Timur Raya.
Awalnya
Jepang datang keindonesia disambut meriah oleh bangsa Indonesia apalagi Jepang
membawa selogan “saudara lama Indonesia”. Indonesai yang saat itu sedang demam
kemerdekaan merasa mendapat kekuatan kembali karena Jepang berhasil mengakhiri
pendudukan Belanda yang kurang lebih 3,5 Abad di bumi Nusantara. Jadilah Jepang
sebagai pahlawan Asia termasuk di Indonesia.
“Bangkai
tetaplah bangkai” ditutup serapat apapun akan tercium juga. seperti itulah
Jepang. Negara yang kini menguasai Otomotif dunia itu menampakan wajah aslinya
saat itu. Ibarat keluar dari lubang Buaya dan
masuk mulut harimau, seperti itulah kondisi ditahun 40an. Indonesai dijajah
Jepang. Semua sumber dayanya termasuk Rakyatnya dikuras habis oleh Jepang dalam
rangka membiaya perang.
Kondisi
masa pendudukan Jepang lebih Parah dengan masa Belanda. Rakyat Indonesia
semakin sengsara dan menderita. Mendapat makan semakin sulit bahkan pakaianpun
dari karung goni. Situasi ini juga dialami oleh system organisasi yang baru
dibangun di Indonesia. Semenjak Jepang datang semua organisasi bercirikan
nasional dan barat tidak boleh bergerak. Jepang melebur semua organisasi
kepemudaan kedalam wadah yang mereka buat sendiri demi kepentingan ciata-cita
Asia Timur Raya. Wadah-wadah tersebut adalah Haiho, Kaibodan, Seinendan dan
Peta.
Organisasi
kepanduan termasuk didalamnya yang matisuri. Tidak ada perkembangan semua sibuk
memikirkan kelaparan, kemiskinan dan perjuangan yang semakin terdesak.
Namun rupanya nasib masih berihak. Jepang diporak-porandakan oleh Amerika
dikotanya sendiri. Hirosima dan Nagasaki hancur lebur oleh Bom Atom rancangan
Einstein. Jepang menyerah pada sekutu tanpa syarat.
Indonesia
melohat kesempatan yang besar ini untuk merdeka. Dari pertentangan kaum muda
dan tua akhirnya Proklamasi dicetuskan di Pengsaan timur. Indonesai merdeka.
Semua organisasi bangkit, semua pemuda bangkit mempertahankan Indonesia
termasuk organisasi kepanduan.
c. Fase
Kemerdekaan Republik Indonesia
Beberapa
bulan setelah proklmasi kemerdekaan beberapa tokoh kepanduan berkumpul di
Yogyakarta. Dari pertemuan tersebut dibentuk panitia Kesatuan Kepanduan
Indonesia sebagai unit kerja untuk mempersiapkan pembentukan wadah kepanduan
seluruh Indonesia melalui kongres.
Kongres
Kesatuan Kepanduan Indonesia akhirnya dilaksanakan pada tanggal 27 s.d 29
Desember 1945 di Surakarta. Hasil kongres adalah terbentuknya PANDU RAKYAT
INDONESIA. PRI ini didukung oleh semua tokoh, dikuatkan dengan “Janji Ikatan
Sakti” dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
sebagai satu-satunya Organisasi kepanduan melalui surat keputusan No.93/Bag.A
yang dikeluarkan tanggal 1 Februari 1947.
Belanda
melalui NICA masih mencengkram Indonesia. Saat itu perjuangan telah berubah
dari pergerakan memperoleh kemerdekaan menjadi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Disatiap daerah yang berhasil dikuasi Belanda PRI dilarang
beredar. Kondisi ini membuat stagnasi perkembangan kepanduan. Akhirnya, keadaan
ini mendorong berdirinya Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Putri
Indonesia (PPI) dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Dalam
keadaan genting ini PRI berhasil mengadakan kongres II di Yogyakarta pada
tanggal 20-22 Januari 1950. dalam kongres ini PRI memutuskan menerima sebuah
konsepsi dimana mereka memberikan kesempatan kepada golongan khusus untuk
menghidupkan kembali kepanduan yang pernah dibentuk. Dari konsepsi ini keluar
surat keputusan Menteri PP dan K No. 2344/Kab 6 September 1951 yang menyatakan
bahwa PRI bukan lagi satu-satunya kepanduan di Indonesia. Maka mulailah
kepanduan berkembang kembali.
Sepuluh
hari setelah surat keputusan itu keluar wakil-wakil organisasi kepanduan
berkumpul mengadakan konferensi di Jakarta. Aneh juga memang namun tidak
menjadi aneh kalau kita tahu bahwa masa itu hasrat persatuan dan persaudaraan
demikian besar di Indonesia. Dalam konferensi yang dilaksanakan tanggal 16
September 1951 tersebut berdirilah Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagia
sebuah faderasi. Kemudian tahun 1953 IPINDO berhasil mejadi anggota kepanduan
sedunia. IPINDO merupakan faderasi persatuan pandu putra dan untu putrid
disatukan dalam wadah PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO
(Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia).
Ipindo
berhasil menyelenggarakan Jambore Nasional pertama di Ragunan Pasar Minggu
tanggal 10-20 Agustus 1955 sekaligus sebagai perayaan proklamasi kemerdekaan.
Sedangkan PKPI menyelenggarakan perkemahan besar puteri di Ciputat dengn nama
“Desa Semanggi” tahun 1959 bersamaan dengan pengiriman kontingan IPINDO ke Jambore
Dunia untuk pertama kali di MT Makiling Filipina.
Untuk
menjamin kemurnian dan keberlangsungan kepanduan maka Ipindo menyelenggarakan
seminar di Tugu, Bogor bulan January 1957. dari seminar ini dihasilakn sebuah
rumusan yang diharapakan bisa menjadi acuan kegiatan kepanduan diseluruh
Indonesia. Kemudian Pemerintah RI dalam hal ini Departemen PP dan K (kini
Diknas) mengadakan seminar juga di Ciloto, Bogor dengan topic “Penasionalan
Kepanduan” dengan harapan kepanduan bisa menjadi sebuah organisasi nasional
yang seiring dengan pembangunan bangsa.
B.
PERINTIS
KEPANDUAN DUNIA
Gerakan
Kepanduan adalah sebuah gerakan pembinaan pemuda yang memiliki pengaruh
mendunia. Gerakan kepanduan terdiri dari berbagai organisasi kepemudaan, baik
untuk pria maupun wanita, yang bertujuan untuk melatih fisik, mental dan
spiritual para pesertanya dan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif
di masyarakat. Tujuan ini dicapai melalui program latihan dan pendidikan
non-formal kepramukaan yang mengutamakan aktivitas praktis di lapangan.
Lord
Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, tokoh kepanduan dunia kelahiran London,
Inggeris, tahun 1857 silam menjadi kesohor berawal dari tulisan buku panduan
bagi para prajurit agar bisa bertahan di alam bebas. Ia dikenal sebagai
perintis berdirinya kepanduan dunia. Lewat gerakan kepanduan Baden-Powell menyatukan
generasi muda antarbenua.
Pertamakali
bergabung dengan British Army (Angkatan Perang Inggris) tahun 1876, Lord Robert
Stephenson Smyth Baden-Powell, demikian nama tokoh kepanduan dunia, kelahiran
London, Inggeris, tahun 1857 silam ini, menulis buku yang diperuntukkan untuk
membantu tentara mengatasi kesulitannya bertahan hidup di alam bebas. Tak
disangka, lambat laun buku hasil karyanya beredar di kalangan umum dan banyak
diminati anak-anak.
Pada
29 Juli sampai 9 Agustus 1907, Baden-Powell bersama 21 orang anak melakukan
kemah kepanduan yang pertama di sebuah kepulauan Brownsea, Inggris. Beberapa
hari melakukan kegiatan, anak-anak tersebut semakin menyukai bertualang di alam
bebas. Didirikanlah gerakan kepanduan. Berangkat dari sinilah bersama istri tercintanya,
Lady Olive Baden-Powell mendirikan gerakan kepanduan. Gerakan Kepanduan
tersebut sekarang disebut Boy Scouts dan Girls Scout.
Sejak
didirikan Gerakan Kepanduan tersebut pada tahun 1907, hingga saat ini tak
kurang dari 28 juta anggota kepanduan dari 216 negara menjadi anggota World
Organization Scout Movement (WOSM) yang bermarkas di Geneva, Switzerland dan
World Association of Girl Guides and Girl Scouts (WAGGGS). Dan Indonesia
sebagai salah satu anggota WOSM.
Gerakan
Pramuka (Praja Muda Karana yang berarti Rakyat Muda Yang Berkarya) demikian
nama panggilan organisasi kepanduan di Indonesia. Gerakan Pramuka didirikan
untuk waktu yang tidak ditentukan dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961, sebagai kelanjutan
dan pembaharuan gerakan kepanduan nasional Indonesia. Kemudian ditetapkan
setiap 14 Agustus sebagai Hari Pramuka.
Keanggotaan
Gerakan Kepanduan ini bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan,
dan agama. Semuanya bisa bergaul dan berbaur menjadi satu kesatuan. Kegiatan
Kepanduan selalu mengikuti kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, demikian
pula dengan Pramuka. Ketika WOSM mencanangkan program Pramuka Net bagi
negara-negara anggota di seluruh dunia untuk memiliki situs organisasi, Gerakan
Pramuka Indonesia pun ikut serta dengan meluncurkan situs www.pramuka.co.id.
Tujuannya, agar mempermudah jalur komunikasi dan koordinasi, serta memantau
perkembangan kepanduan di setiap negara anggota WOSM.
Sebagai
bukti, setiap tahunnya WOSM mengadakan Jamboree On The Internet (JOTI) dan JOTA
(Jamboree on the Air). Artinya, Jambore tak hanya menjadi pesta yang
mempertemukan pesertanya langsung, tapi juga bisa sesama netter (pengguna
internet) untuk bisa melakukan sebuah kegiatan bersama. Kegiatan ini melibatkan
anggota Kepanduan seluruh dunia.
Dari
sinilah nampak jelas buah dari gagasan brilian seorang Baden-Powell, selain
berbagai kegiatan kepanduannyya selain gaul, tapi juga mampu menyatukan
generasi muda antara bangsa, antar benua.
Ia
pun mewariskan banyak manfaat dari kegiatan kepanduan, yang sebagian tidak
didapat dalam materi di kelas. Karena kegiatan kepanduan merupakan kegiatan
pendidikan luar sekolah dan luar keluarga, siswa berlatih membagi waktu antara
kegiatan sekolah, acara keluarga. Berlatih kepanduan memberi poin penting,
seperti belajar mengelola kelompoknya ataun organisasi dengan membentuk
pimpinan regu, petugas piket (korve), dan anggotanya. Komunikasi, interaksi,
serta kerja sama internal dan eksternal kelompok akan melahirkan kebersamaan
(jiwa korsa) dan motivasi untuk menyelesaikan tugas secara bersama. Dengan
pembagian tugas ini akan melatih bakat kepemimpinan, kearifan, dan toleransi
siswa.
Dari
berbagai ujian kecakapan, tantangan, dan tugas yang diberikan, akan mengembangkan
kematangan emosi siswa tersebut dalam mengambil setiap keputusan dengan penuh
pertimbangan dan pengkajian.
Kegiatan
kepanduan bersifat universal. Wawasan dan pergaulan anggotanya sangatlah luas.
Keanggotaannya diikuti semua lapisan masyarakat tanpa membedakan golongan, ras,
suku, atau agama.
Banyak
materi yang dipelajari baik materi umum maupun spesifik ekstrakurikuler lain,
seperti baris berbaris (paskibra), hiking, navigasi, mountaineering (pencinta
alam), P3K (PMR), kesakaan, sejarah perjuangan bangsa, dan sebagainya. Tak
pelak pula membuat anggota kepanduan memiliki keistimewaan, berkaitan dengan
penguasaan kemampuan dan kemahiran lapangan dalam bidang P3K, evakuasi, PBB,
organisasi, kesakaan, survival-navigasi darat, mountaineering, tali-temali
(simpul), juga pengabdian masyarakat berupa penyuluhan, bakti sosial, atau
penanggulangan korban bencana alam. Sehingga, di mana pun berada, anggota
kepanduan selalu periang. Keceriaan ini merepresentasikan sebuah semangat yang
kuat dan motivasi dari anak-anak berbagai bangsa hingga saat ini.
C.
GAGASAN
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
Pendidikan
kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak
mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
Sistem pendidikan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan
yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur, dan terarah, dengan
menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, agar terbentuk
kepribadian dan watak yang berakhlak mulia, mandiri, peduli, cinta tanah air,
serta memiliki kecakapan hidup.
Pendidikan
kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda
untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek spiritual,
emosional, sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
Pendidikan
kepramukaan merupakan proses pembinaan dan pengembangan potensi kaum muda agar
menjadi warganegara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif
bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik nasional maupun internasional
dan pendidikan kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan yang
berkesinambungan bagi kaum muda, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
1. Tujuan
Pendidikan Kepramukaan
Tujuan
pendidikan kepramukaan bagian yang tak terpisahkan untuk mewujudkan Tujuan
Nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945,
yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia
dan seluruh Tumpah Darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan
Umum, mencerdaskan kehidupan Bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kepada perdamaian abadi, kemedekaan dan keadilan sosial.
Ditinjau
dari Keputusan Republik Indonesia Nomor: 12 Tahun 1971, tanggal 22 Maret 1971
tentang Pengesahan Anggaran Dasra Gerakan Pramuka hasil Musyawarah Majelis
Permusyawarahan Indonesia tanggal 12 s/d 20 Oktober 1970 di Pandaran Jawa
Timur.
Menetapkan
bahwa, Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak - anak dan pemuda- pemuda
Indonesia dengan prinsip – prinsip, seperti di bawah ini :
a. Dasar
metodik pendidikan kepanduan yang pelaksanaanya disesuaikan dengan
keadaan, kepentingan dan perkembangan
bangsa dan masyarajkat Indonesia.
b. Diharapkan
Pramuka menjadi manusia berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental,
moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya, tinggi kecerdasan dan
ketereampilannya, kuat dan sehat pisiknya. Menjadi warga Negara Indonesia yang
berpancasila, serta dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga
menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu
menyelenggarakan pembangunan bansa dan Negara
Penetapan dan prinsip – prinsip
pendidikan kepramukaan tersebut member misi, bahwa kegiatan kepramukaan sebagai
proses pendidikan itu haruslah mengarah kepad sasaran misi Gerakan Pramuka.
Perlu selalu diperhatikan bahwa kegiatan dalam mencapai sasaran dan tujuan
tersebut, menggunakan sebanyak mungkin kegiatan secara praktis; dengan
menggunakan system among dan prinsip – prinsip dasar metodik kepramukaan,
sesuai dengan keperluan pembangunan, situasi dan kondisi setempat.
Atas dasar analisa uraian diatas,
dapatlah ditegaskan, bahwa Gerakan Pramuka, dengan proses pendidikan
kepramukaan, bertujuan mempersembahkan warga Negara Indonesia yang
ber-pancasila, berwatk luhur, cerdas, terampil, kuat, sehat dan mampu
menyelenggarakan pembangunan.
2. Fungsi
Pendidikan Kepramukaan
Fungsi
pendidikan kepramukaan berbeda-beda, untuk anak-anak dan pemuda berfungsi
sebagai permainan atau kegiatan yang menarik, sedang bagi orang dewasa
merupakan pengabdian dari para sukarelawan.
a. Sistem
Pendidikan bagi peserta didik
Proses
pendidikan bagi peserta didik ditujukan pada pencapaian tujuan Gerakan Pramuka.
Proses pendidikan ini dilakukan dalam bentuk kegiatan yang dilaksanakan dari,
oleh dan untuk peserta didik, dalam lingkungan alam mereka sendiri, dipimpin
oleh mereka sendiri, tetapi dibawah bimbingan dan tanggung jawab orang dewasa
sebagai pernbinanya.
Proses
pendidikan untuk peserta didik ini diatur melalui Syarat Kecakapan Urnum (SKU)
dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK), serta Pramuka Garuda. SKU adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh setiap pramuka, sedang SKK merupakan syarat pilihan yang dapat dipilih
secara bebas oleh masing-masing pramuka. Dengan SKU dan SKK peserta didik
secara tidak langsung dibawa bergerak, setingkat demi setingkat menuju ke
tujuan Gerakan Pramuka.
Untuk
pramuka siaga (usia 7 – 10 tahun) ada tiga tingkat Syarat Kecakapan Urnum,
yaitu : siaga mula, siaga bantu, siaga tata. Sejak tingkat siaga bantu, seorang
pramuka siaga dapat mencapai syarat kecakapan khusus sebanyak-banyaknya, sesuai
dengan minat bobot dan pilihannya. SKK siaga hanya ada satu tingkat, terdiri
atas bermacam-macam kecakapan. Seorang Siaga Tata yang memenuhi kecakapan dan
persyaratan tertentu dapat mencapai pramuka siaga Garuda.
Untuk
pramuka penggalang (usla 11 15 tahun) ada tiga tingkat SKU, yaitu : penggalang
ramu, penggalang rakit, penggalang terap. Sejak tingkat penggalang rakit,
seorang pramuka penggalang dapat mencapai SKK sesuai dengan pilihannya. Seorang
penggqlang terap yang memenuhi kecakapan dan persyaratan tertentu, dapat
mencapai pramuka penggalang Garuda.
Untuk
pramuka penegak (usia 16 – 20 tahun) ada dua tingkat SKU, yaltu : penegak
bantara dan penegak laksana. Baik penegak bantara maupun periegak laksana,
keduanya dapat mencapai SKK sesuai dengan pilihannya. Seorang penegak laksana
yang memenuhi syarat tertentu, dapat mencapai pramuka Penegak Garuda.
Untuk
pramuka pandega (usia 21 – 25 tahun) hanya ada satu tingkat SKU saja, yaitu
pandega. Sesudah dilantik pandega, ia dapat mencapai SKK sesuai dengan
pilihannya. Pramuka Pandega yang memenuhi syarat tertentu, dapat mencapai
pramuka pandega Garuda.
Seorang
anak/pemuda yang usianya sudah melampaui batas tertinggi dari. suatu golongan
usia, harus pindah ke golongan usia lainnya, tanpa harus menyelesaikan SKU
tingkat tertingginya. Misalnya seorang pramuka siaga sudah berusia 11 tahun, ia
harus pindah ke pasukan penggalang, meskipun ia baru mencapai SKU siaga bantu.
la tidak perlu menyelesaikan SKU siaga tata lebih dahulu, sebab di pasukan
penggalang dia akan diuji bahan SKU yang sama dengan SKU siaga tata, bahkan
diperdalarn atau diperberat.
b. Sistem
pendidikan bagi orang dewasa
Pendidikan
bagi orang dewasa dalam Gerakan Pramuka dituiukan kepada pemberian bekal
kemampuan, agar orang itu dapat mengabdikan dirinya secara sukarela dan aktif
menjalankan kewajibannya sebagai pembantu pembina pramuka, pembina pramuka,
pelatih pembina pramuka, pembantu andalan, andalan, anggota majelis pembimbing
dan staf kwartir. Pendidikan formal bagi orang dewasa berbentuk kursus-kursus,
baik di dalam maupun di luar Gerakan Pramuka.
Pendidikan itu diatur sesuai dengan kebutuhan orang dewasa yang bersangkutan.
Kursus
Orientasi diadakan untuk orangtua pramuka, para anggota majelis pembimbing,
masyarakat lainnya. Kursus Orientasi sesuai dengan lamanya kursus, dibagi
menjadi tiga macam : kursus orientasi singkat, kursus orientasi sedang, kursus
orientasi lengkap. Kursus orientasi lengkap, karena kurikulumnya sama dengan
kursus pembina mahir tingkat dasar, maka dihargai sama derajadnya. Bila
pernegang sertifikat kursus orientasi lengkap ini langsung membina peserta
didik, ia dapat langsung pula melanjutkan ke tingkat berikutnya dari kursus pembina
pramuka. Selesai mengikuti kursus orientasi peserta menclapat surat keterangan.
Kursus orientasi diarahkan untuk memberi cukup gambaran tentang pendidikan
kepramukaan, sehingga masyarakat mempunyai citra yang baik tentang Gerakan
Pramuka dan menggugah mereka untuk memberi dukungan dan bantuan kepada Gerakan
Pramuka.
Kursus
pembina pramuka mahir diperuntukkan bagi mereka yang akan membina peserta didik
secara langsung, yaitu para pembina pramuka dan pembantu pembina pramuka. Di
samping itu dalam rangka pembuatan kader, maka pramuka penegak dan pandega pun
dapat dibenarkan, bahkan dianjurkan untuk mengikuti kursus pembina pramuka
tingkat dasar. Kursus pembina pramuka mahir dibagi menjadi dua tingkat, yaitu :
kursus pembina pramuka mahir tingkat dasar disingkat Kursus Dasar, selarna 90
jam pelajaran; kursus pembina pramuka mahir tingkat lanjutan,. disingkat Kursus
Lanjutan selarna 100 jam pelajaran. Diantara kedua tingkat kursus tersebut ada
kegiatan yang disebut masa pengembangan, yaitu kesempatan bagi peserta untuk
mencoba melaksanakan apa yang diterimanya dalam Kursus Dasar, dan mendapat
petunjuk serta bimbingan dari para Pelatihnya. Lamanya masa ini minimum 6
bulan. Keseluruhan k.ursus tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, meskipun
pelaksanaannya bertahap. Selesai mengikuti kursus ini seorang pembina mendapat
ijazah pembina mahir, pita dan selendang mahir. Di Indonesia tidak digunakan
manik kayu seperti yang digunakan gerakan kepramukaan sedunia, karena sejarah
benda tersebut tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Kursus ini diarahkan agar para Pembina Pramuka dapat membina peserta didik
sesuai dengan hakekat Gerakan Pramuka dan penggunaan prinsip dasar kepramukaan
dan metode kepramukaan.
Kursus
pelatih pembina pramuka diperuntukkan bagi para pembina pramuka mahir (lengkap)
yang berbakat dan bersedia menjadi pelatih pembina pramuka. Kursus pelatih
pembina pramuka dibagi menjadi dua tingkat, yaitu : kursus pelatih dasar atau
KPD (1 minggu) dan kursus pelatih lanjutan atau KPL (1 minggu). Peserta lulusan
kursus tersebut di atas akan menerima ijazah dan dapat diangkat oleh Kwartir
Cabangnya menjadi seorang pelatih pembina pramuka, yang dinyatakan dengan Surat
Hak Latih (SHL). Predikat pelatih ini digunakan selama yang bersangkutan melakukan
tugasnya sebagai Pelatih dan mernegang SHL. Syarat-syarat.mengikuti KPD adalah
(1) Pembina mahir (lengkap); (2) Pembina pramuka yang baik dan aktif membina
pramuka di gugusdepannya; (3) Berminat dan berbakat untuk menjadi pelatih
pembina pramuka. Syarat mengikuti KPL adalah (1) Pelatih lulusan KPD; (2) Sudah
aktif melaksanakan tugas pelatih sedikitnya selama satu tahun; (3) Pelatih
aktif, berbakat, berpengetahuan dan pengalaman serta bereputasi baik; (4)
Pernah mengorganisir, memimpin atau menjadi anggota tim pelatih pada pendidikan
formal dan informal bagi orang dewasa; (5) Bersedia untuk selalu membina dan
mengembangkan kecakapan dan kernampuan dirinya. Kursus Pelatih ini diarahkan
untuk membentuk tenaga yang mampu dan cakap menyelenggarakan pendidikan formal
dan informal untuk orang dewasa dalam Gerakan Pramuka.
Kursus-kursus
untuk para “petugas”.dalam Gerakan Pramuka, antara lain : kursus pengelola
kwartir, kursus andalan, kursus pamong satuan karya, kursus instruktur, kursus
pendidikan kependudukan, kursus kader koperasi, kursus keterampilan air bersih,
kursus keterampilan perumahan sehat, kursus peningkatan mutu makanan rakyat
dll. Peserta kursus ini diharapkan sudah pernah mengikuti Kursus Dasar. Selesai
mengikuti kursus mereka mendapat surat keterangan, dan diharapkan mereka mampu
melaksanakan tugasnya masing-masing.
D. BERDIRINYA
KEPANDUAN NASIONAL INDONESIA
Pada hakikatnya Pola Pembinaan disusun
berdasarkan penghayatan sejarah perkembangan kepanduan / kepramukaan di
Indonesia. Dengan perkataan lain kondisi nasional Gerakan Pramuka dapat
ditinjau dari segi sejarah perkembangannya yang merupakan riwayat dasar
kepanduan/kepramukaan di Indonesia.
a. Perkembangan pendidikan kepanduan/kepramukaan
di Indonesia adalah sejalan dan sesuai dengan sejarah perkembangan bangsa
Indonesia, dan merupakan bagian dari perjuangan/pembangunan bangsa Indonesia,
serta ada kaitannya dengan:
1. Perintisan kemerdekaan, tahun 1908 – 1928
2. Konsolidasi kekuatan nasional, tahun 1928
-1945
3. Perjuangan fisik dan pengisian kemerdekaan
(pembangunan nasional) tahun 1945 sampai sekarang
b. Sesuai dengan strategi Gerakan Pramuka, maka
usaha pendidikan kepanduan/kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi
pendidikan nasional yang penting, serta merupakan bagian dari sejarah perjuangan
bangsa Indonesia. Karena itu, riwayat dasar kepanduan/kepramukaan di Indonesia perlu
dipelajari dan dihayati, agar :
1. Diketahui proses pembentukan dan perkembangan
Greakan Pramuka dan diketahui pula peranan apa yang dilakukannya dalam
perjuangan bangsa Indonesia.
2. Diketahui dan diinsafi kedudukan gerakan
Pramuka dalam hubungannya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan
ketahanan nasional.
3. Dapat dipahami kebijaksanaan dalam
penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di Indonesia.
4. Kepanduan di Indonesia yang sekarang menjadi
Gerakan Pramuka berkembang sejak tahun 1912.
c. Sampai berakhirnya zaman penjajahan Belanda di
Indonesia terdapat dua kelompok organisasi kepanduan, yaitu :
1. Organisasi-organisasi dalam kelompok yang
berorientasi pada kepentingan pemerintahan kolonial Belanda
2. Orgnisasi-organisasi dalam kelompok yang
berorientasikan pada kepentingan perjuangan Bangsa Indonesia.
d. Pada waktu itu kepanduan nasional di Indonesia
sudah merupakan suatu wadah pembinaan suatu wadah pembinaan generasi muda, untuk
menyiapkan tenaga-tenaga kader bangsa dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan.
Hampir semua perkumpulan kepanduan di Indonesia pada waktu itu adalah
sebagai cabang organisasi politik atau kemasyarakatan. Gerakan kepanduan
nasional tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan keadaan masyarakat
Indonesia sendiri.
e. Kepanduan nasional pada waktu itu sudah
dipandang sebagai tempat pendidik anak-anak dan pemuda Indonesia untuk dengan
caranya sendiri (cara kepanduan) dapat mempertinggi budi pekerti, serta menambah
kepandaian dan ketrampilan yang sangat berguna bagi pelaksanaan cita-cita
bangsa Indonesia. Di dalam hal inilah letak perbedaan prinsip antara kepanduan
nasional dan kepanduan bangsa Eropa di Indonesia.
f. Gerakan Pramuka/Kepanduan nasional di
Indonesia dari mulai berdiri dan berkembang, dijadikan alat perjuangan
pembangunan Bangsa Indonesia dari generasi ke generasi, dan sasaran utamanya
adalah investasi mental, kepandaian dan ketrampilan generasi muda yang diatur
sejak umur 7 tahun (usia Pramuka Siaga)
g. Istilah pandu dan kepanduan “digunakan oleh KH
Agus Salim untuk menggantikan istilah asing padvinders dan padvinderij”
1. Masa
Hindia Belanda
a. Tahun
1908, Mayor Jenderal Robert Baden Powell melancarkan suatu gagasan tentang
pendidikan luar sekolah untuk kanak-anak
Inggris, dengan tujuan agar menjadi manusia Inggris, warga Inggris dan anggota
masyarakat Inggris yang baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kerajaaan
Inggris Raya ketika itu.
b. Untuk
itu beliau mengarang sebuah buku yang terkenal yaitu “Scouting for Boys”. Buku
ini berisi pengalaman beliau dan latihan apa yang diperlukan yang diperlukan
para Pramuka.
c. Gagasan
Boden Powell dinilai cemerlang dan sangat menarik sehingga banyak diikuti dan
didirikan kepanduan di negara-negara lain. Diantaranya di negeri Belanda dengan
nama Padvinder atau Padvinderij.
d. Oleh
orang Belanda, gagasan kepanduan di bawa
dan dilaksanakan di sini (Nederlands OOst Indie), dengan mendirikan Nederland
Indischie Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-pandu
Hindia-Belanda.
e. Oleh
pemimpin-pemimpin di dalam pergerakan nasional, gagasan Baden Powell dimabil
alih dengan membentuk organisasi-organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk
manusia Indonesia yang baik yaitu sebagai kader Pergerakan Nasional. Pada saat
itu mulailah bermunculan organisasi-organisasi kepanduan diantaranya Javanse
Padvinders Organizatie (JPO), Jong Java
Padvinderij (JJP), National Islamitje Padvinderij (NATIPIJ), Sarikat Islam
Afdeling Padvinderij (SIAP), Hizbul Wathan (HW) dan lain sebagainya.
f. Sumpah
Pemuda yang dicetuskan pada Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,
benar-benar telah menjiwai gerakan kepanduan nasional Indonesia untuk lebih
bergerak maju. Pemerintah Hindia Belanda melarang penggunaan istilah Padvinder
dan Padvinderij untuk organjisasi kepanduan di luar NIPV.
g. Dengan
meningkatkan kesadaran nasional Indonesia, maka timbullah niat untuk persatuan
antara organisasi-organisasi kepanduan. Pada tahun 1930 muncullah Kepanduan
Bangsa Indonesia (KBI) yang merupakan gabungan dari organisasi kepanduan Indonesische Padvinders Organizatie (INPO),
Pandu Kesultanan (PK) dan Pandu Pemuda Sumatera (PPS). Pada tahun 1931 terbentuk federasi kepanduan dengan nama
Persatuan Antar Pandu-pandu Indonesia (PAPI), yang kemudian berubah menjadi
Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada tahun 1938.
2. Masa
Pendudukan Jepang
Pada
masa pendudukan Jepang (PD II), penguasa Jepang di Indonesia melarang
keberadaan organisasi kepanduan di Indonesia di larang adanya. Tokoh-tokoh
kepanduan banyak yang masuk dalam organisasi Seinendan, Keibodan dan Pembela
Tanah Air (PETA).
3. Masa
Perang Kemerdekaan
Dengan
diproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia bahu membahu
mempertahankan kemerdekaan. Seiring
dengan itu, pada tanggal 28 Desember 1945 di Surakarta berdiri Pandu Rakyat
Indonesia (PARI) sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di wilayah Republik Indonesia.
4. Masa
Pasca Perang Kemerdekaan hingga 1961
a. Setelah
pengakuan kedaulatan NKRI, maka mulailah Indonesia memasuki masa pemerintahan
yang liberal. Sesuai dengan situasi pemerintahan tersebut maka bermunculan
organisasi kepanduan seperti HW, SIAP, Pandu Islam Indonesia, Pandu Kristen,
Pandu Katholik, Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dan lain-lain.
b. Menjelang
tahun 1961, kepanduan Indonesia telah terpecah-pecah menjadi lebih dari 100
organisasi kepanduan, suatu keadaan yang terasa lemah meski tebagi ke dalam 3
federasi organisasi kepanduan; satu federasi kepanduan putra dan dua federasi
kepanduan putri:
- Ikatan Pandu
Indonesia (IPINDO), 13 September 1951.
- Persatuan Organisasi
Pandu Putri Indonesia (POPPINDO), 1954.
- Perserikatan
Kepanduan Putri Indonesia.
Keadaan ini membuat
lemah organisasi kepanduan, ketiga federasi tersebut melebur menjadi satu
federasi: Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO). Namun yang masuk dalam
federasi ini hanya berkisar 60 buah dari 100 buah organisasi kepanduan, dan
hanya berjumlah 500.000 anggota.
Disamping itu, sebagian
dari 60 organisasi kepanduan anggota PERKINDO tersebut berada dibawah
organisasi politik atau organisasi massa tetap saling berhadap-hadapan
berlawanan satu sama lain, sehingga tetap melemahkan gerakan kepanduan
Indonesia.
c. Melihat
keadaan tersebut, PERKINDO membentuk panitia untuk memikirkan jalan keluarnya.
Panitia menyimpulkan bahwa kepanduan lemah
dan terpecah-pecah, terpaku dalam cengkeraman gaya lama yang tradisional
daripada kepanduan Inggris, pembawaan dari luar negeri. Hal ini berakibat bahwa
pendidikan yang diselenggarakan oleh gerakan kepanduan Indonesia belum
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan bangsa dan masyarakat Indonesia, maka
ketika itu gerakan kepanduan kurang memperoleh tanggapan dari bangsa dan
masyarakat Indonesia. Kepanduan hanya berjalan di kota-kota besar dan di
situpun hanya terdapat pada lingkungan orang-orang yang sedikit banyak sudah
berpendidikan barat.
d. Kondisi
lemah gerakan kepanduan Indonesia dimanfaatkan oleh pihak komunis sebagai
alasan untuk memaksa gerakan kepanduan Indonesia menjadi Gerakan Pioner Muda
seperti yang terdapat di negara-negara komunis.
e. Kekuatan
Pancasila di dalam PERKINDO berusaha menentangnya, dengan bantuan Perdana
Menteri Djuanda maka tercapailah perjuangan dengan menghasilkan Keputusan
Presiden RI No. 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka, pada tanggal 20 Mei
1961 yang ditandatangani oleh Ir.
Djuanda selaku Pejabat Presiden RI, karena Presiden Sukarno sedang berkunjung
ke negeri Jepang.
5. Masa
1961-1999
Dengan Keppres No. 238
Tahun 1961, Gerakan Kepanduan Indonesia mulai dengan keadaan baru dengan nama
Gerakan Praja Muda Karana atau Gerakan Pramuka.
a. Semua
organisasi kepanduan melebur ke dalam Gerakan Pramuka, menetapkan Pancasila sebagai dasar Gerakan Pramuka.
b. Gerakan
Pramuka adalah suatu perkumpulan yang berstatus non-governmental (bukan badan
pemerintah) yang berbentuk kesatuan. Gerakan Pramuka diselenggarakan menurut
jalan aturan demokrasi, dengan pengurus (Kwartir Nasional, Kwartir Daerah,
Kwartir Cabang dan Kwartir Ranting) yang dipilih dalam musyawarah.
c. Gerakan
Pramuka sebagai satu-satunya badan di wilayah NKRI yang diperbolehkan menyelenggarakan
kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia; organisasi lain yang menyerupai,
yang sama dan sama sifatnya dengan
Gerakan Pramuka dilarang adanya.
d. Gerakan
Pramuka bertujuan mendidik anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip dasar
metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaanya diserasikan dengan keadaan,
kepentingan dan perkembangan bangsa dan
masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang baik dan anggota
masyarakat yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.
e. Prinsip-prinsip
Dasar Metodik Pendidikan Kepramukaan sebagaimana dirumuskan oleh Baden Powell tetap dipegang,
akan tetapi pelaksanaanya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan
perkembangan bangsa dan masyarakat
Indonesia; dengan menyesuaikan dan diserasikan dengan keadaan dan kebutuhan
regional ataupun lokal di masing-masing wilayah di Indonesia ternyata mampu
membawa banyak perubahan yang mampu membawa Gerakan Pramuka mengembangkan
kegiatannya secara meluas.
f. Gerakan
Pramuka ternyata lebih kuat organisasinya dan memperoleh tanggapan luas dari
masyarakat, sehingga dalam waktu singkat organisasinya telah berkembang dari
kota-kota hingga ke kampong dan desa-desa, jumlah anggotanya meningkat dengan
pesat.
g. Kemajuan
pesat tersebut tak lepas dari system Majelis Pembimbing (Mabi) yang dijalankan
oleh Gerakan Pramuka di setiap tingkat, baik dari tingkat nasional hingga ke
tingkat gugusdepan (Gudep).
h. Mengingat
bahwa 80% penduduk Indonesia tinggal di desa dan 75% adalah keluarga petani,
maka pada tahun 1961 Kwartir Nasional menganjurkan supaya para Pramuka
menyelenggarakan kegiatan di bidang pembangunan masyarakat desa.
i.
Anjuran tersebut
dilaksanakan terutama di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat
telah mampu menarik perhatian pemimpin-pemimpin masyarakat Indonesia. Pada
tahun 1966, Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional mengeluarkan instruksi
bersama tentang pembentukan Satuan Karya Pramuka (Saka) Tarunabumi. Saka
Tarunabumi dibentuk dan diselenggarakan khusus untuk memungkinkan adanya
kegiatan Pramuka di bidang pendidikan cinta pembangunan pertanian dan
pembangunan masyarakat desa secara lebih nyata dan intensif. Kegiatan Saka
Tarunabumi ternyata telah membawa pembaharuan, bahkan membawa semangat untuk
mengusahakan penemuan-penemuan baru (inovasi) pada pemuda desa yang selanjutnya
mampu mepengaruhi seluruh masyarakat desa.
j.
Model pembentukan Saka
Tarunabumi kemudian berkembang menjadi pembentukan Saka lainnya seperti Saka
Dirgantara, Saka Bahari dan Saka Bhayangkara. Anggota Saka-saka tersebut
terdiri dari para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang memiliki minat di
bidangnya. Pramuka Siaga dan Penggalang tidak ikut dalam Saka tersebut. Para
Pramuka Penegak dan Pandega yang tergabung dalam Saka menjadi instruktur di
biangnya bagi adik-adik dan rekan-rekannya di gudep.
k. Perluasan
kegiatan Gerakan Pramuka yang berkembang pesat hingga ke desa-desa, terutama
kegiatan di bidang pembangunan pertanian dan masyarakat desa, dan pembentukan
Saka Tarunabumi menarik perhatian badan internasional seperti FAO, UNICEF,
UNESCO, ILO dan Boys Scout World Bureau.
6. Masa
1999 – sekarang
a. Perkembangan
politik negara dan pemerintahan mengalami perubahan dengan adanya Reformasi,
turut mempengaruhi perkembangan masyarakat secara menyeluruh.
b. Untuk
pertamakalinya pemilihan KaKwarnas dengan Pemilihan Langsung oleh Kwartir
Daerah pada Munas 2003 di Jakarta.
c. Pencanangan
Revitaliasi Gerakan Pramuka oleh Presiden RI selaku Ka Mabinas
d. Pembentukan
Saka Wirakartika
e. RUU
Kepramukaan
E. SEJARAH
BERDIRINYA GERAKAN PRAMUKA
Gagasan Boden Powell yang cemerlang dan menarik itu
akhirnya menyebar ke berbagai negara termasuk Netherland atau Belanda dengan
nama Padvinder. Oleh orang Belanda gagasan itu dibawa ke Indonesia dan
didirikan organisasi oleh orang Belanda di Indonesia dengan nama NIPV
(Nederland Indische Padvinders Vereeniging = Persatuan Pandu-Pandu Hindia
Belanda). Oleh
pemimpin-pemimpin gerakan nasional dibentuk organisasi kepanduan yang bertujuan
membentuk manusia Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan nasional.
Sehingga muncul bermacam-macam organisasi kepanduan antara lain JPO (Javaanse
Padvinders Organizatie) JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (Nationale
Islamitsche Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), HW (Hisbul
Wathon).
Dengan adanya larangan pemerintah Hindia Belanda
menggunakan istilah Padvindery maka K.H. Agus Salim menggunakan nama Pandu atau
Kepanduan. Dengan
meningkatnya kesadaran nasional setelah Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930
organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra)
bergabung menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian tahun 1931
terbentuklah PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) yang berubah menjadi BPPKI
(Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia) pada tahun 1938.
Pada waktu pendudukan Jepang Kepanduan di Indonesia
dilarang sehingga tokoh Pandu banyak yang masuk Keibondan, Seinendan dan PETA.
Setelah tokoh proklamasi kemerdekaan dibentuklah Pandu
Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di Sala sebagai satu-satunya
organisasi kepanduan. Sekitar
tahun 1961 kepanduan Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi kepanduan yang
terhimpun dalam 3 federasi organisasi yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia)
berdiri 13 September 1951, POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri Indonesia) tahun
1954 dan PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia)
Menyadari kelemahan yang ada maka ketiga federasi
melebur menjadi satu dengan nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).
Karena masih adanya rasa golongan yang tinggi membuat
Perkindo masih lemah. Kelemahan gerakan kepanduan Indonesia akan dipergunakan
oleh pihak komunis agar menjadi gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di
negara komunis. Akan tetapi kekuatan Pancasila dalam Perkindo menentangnya dan
dengan bantuan perdana Menteri Ir. Juanda maka perjuangan menghasilkan Keppres
No. 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961
ditandatangani oleh Pjs Presiden RI Ir Juanda karena Presiden Soekarno sedang
berkunjung ke Jepang. Di
dalam Keppres ini gerakan pramuka oleh pemerintah ditetapkan sebagai
satu-satunya badan di wilayah Indonesia yang diperkenankan menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan, sehingga organisasi lain yang menyerupai dan sama
sifatnya dengan gerakan pramuka dilarang keberadaannya.
1.
Perkembangan
Gerakan Pramuka
Ketentuan dalam Anggaran Dasar gerakan pramuka tentang
prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya
seperti tersebut di atas ternyata banyak membawa perubahan sehingga pramuka
mampu mengembangkan kegiatannya. Gerakan pramuka ternyata lebih kuat
organisasinya dan cepat berkembang dari kota ke desa.
Kemajuan Gerakan Pramuka akibat dari sistem Majelis
Pembimbing yang dijalankan di tiap tingkat, dari tingkat Nasional sampai
tingkat Gugus Depan. Mengingat kira-kira 80 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan
dan 75 % adalah petani maka tahun 1961 Kwarnas Gerakan Pramuka menganjurkan
supaya para pramuka mengadakan kegiatan di bidang pembangunan desa. Pelaksanaan
anjuran ini terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat
menarik perhatian Pimpinan Masyarakat. Maka tahun 1966 Menteri Pertanian dan
Ketua Kwartir Nasional mengeluarkan instruksi bersama pembentukan Satuan Karya
Taruna Bumi. Kemudian diikuti munculnya saka Bhayangkara, Dirgantara dan
Bahari. Untuk menghadapi problema sosial yang muncul maka pada tahun 1970
menteri Transmigrasi dan Koperasi bersama dengan Ka Kwarnas mengeluarkan
instruksi bersama tentang partisipasi gerakan pramuka di dalam penyelenggaraan
transmigrasi dan koperasi. Kemudian perkembangan gerakan pramuka dilanjutkan
dengan berbagai kerjasama untuk peningkatan kegiatan dan pembangunan bangsa
dengan berbagai instansi terkait. Ditulis oleh : Drs. Ringsung Suratno, M.Pd
2.
Latar Belakang
Lahirnya Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan
menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan,
kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.Dari ungkapan yang telah
dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di
Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah
seluruh anggota perkumpulan itu. Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah
Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana
pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan
Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah
Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan
kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan
Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari
sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah
melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan
tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana
Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada
harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh
organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka.
Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri
Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini
tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI
No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana
Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut
oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas
panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan
April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11
April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini
terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh,
Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang
kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan
Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
3.
Kelahiran
Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa
yang saling berkaitan yaitu 1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para
tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di
Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian
disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
·
Diterbitkannya
Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan
Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi
kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak
dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang
dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka
dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional,
namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah
untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai
HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
·
Pernyataan para
wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke
dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada
tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN
PRAMUKA.
·
Pelantikan
Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk
diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan
Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada
tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
4. Gerakan Pramuka Diperkenalkan
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga
menggariskan agar pada peringatan\ Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka
telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun
1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran
Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan
Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
dan Kwartir Nasional Harian. Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun
dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan
45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.
Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447
Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang
dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota
Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota
Kwarnari.Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua
I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz
Saleh.Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua
dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada
seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota
Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar
10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai
pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum
kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari,
di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan
berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961)
yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus
1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati
oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
5. Gerakan Pramuka Indonesia
Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi
pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang
dilaksanakan di Indonesia. Kata “Pramuka” merupakan singkatan dari praja muda
karana, yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya.
“Pramuka” merupakan sebutan bagi anggota Gerakan
Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan,
Pelatih, Pamong Saka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing.
Sedangkan yang dimaksud “kepramukaan” adalah proses
pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam
bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang
dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti
luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan
keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar