GURINDAM
Pembahasan
·
Pengertian
Gurindam
Gurindam adalah salah
satu jenis puisi lama selain pantun. Gurindam ini berasal dari negara India.
Kata gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) ‘kurindam’. Gurindam umumnya
digunakan sebagai pemberian nasihat atau sejenis kata-kata mutiaraTidak seperti
pantun satu bait gurindam hanya terdiri dari 2 larik. kedua larik ini saling
berkaitan satu sama lain. Jadi jika larik pertama adalah sebab maka larik kedua
adalah akibat, jika larik pertama adalah pertanyaan maka larik kedua adalah
jawaban.
·
Ciri-ciri
Gurindam
1.
Satu bait dalam
gurindam terdapat dua larik atau baris.
2.
Jumlah suku kata dalam
setiap lariknya tidak ditentukan, namun pada umumnya terdapat 10-14 suku kata.
3.
Adanya hubungan sebab
akibat.
4.
Sajak A-A.
- Berisikan nasehat dan kata-kata mutiara.
·
Nilai-nilai
yang terkandung dalam Gurindam
1. Nilai
religius : yang bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan manusia.
2. Nilai
moral : berkaitan dengan tingkah laku/perilaku manusia (human) tentang hal baik
dan buruk.
3. Nilai
sosial : hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan
umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan
tata cara hidup sosial.
4. Nilai
budaya : merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok
masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok
masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan
karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya.
· Pengarang
gurindam yang terkenal adalah Raja Ali Haji, saudara sepupu Raja Ali yang
menjadi raja muda di Riau (1844-1857). Gurindam 12 pasal karya Raja Ali Haji
yang terkenal berjudul “Gurindam Dua Belas”.
Gurindam Dua Belas
GURINDAM
1
Barang siapa tiada memegang
agama,
sekali-kali tiada boleh
dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia
menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan
yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.
GURINDAM
2
Barang siapa mengenal yang
tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan
sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
GURINDAM
3
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah
damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau
memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang
hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa
rugi.
GURINDAM
4
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun
roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa
anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah
pikir,
di situlah banyak orang yang
tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu
pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat
kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang
berperi.
GURINDAM
5
Jika hendak mengenal orang
berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang
berbahagia,
sangat memeliharakan yang
sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang
berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah
jemu.
Jika hendak mengenal orang yang
berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang
baik perangai,
lihat pada ketika bercampur
dengan orang ramai.
GURINDAM
6
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,
GURINDAM
7
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan
suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak
sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah
cemburuan.
Apabila perkataan yang
lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat
kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat
benar,
tidak boleh orang berbuat onar.
GURINDAM
8
Barang siapa khianat akan
dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan
dirinya,
daripada yang lain dapat
kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah
sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku
kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.
GURINDAM
9
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah
syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya
manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat
berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.
GURINDAM
10
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
jangan memalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
GURINDAM
11
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
jangan memalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
GURINDAM
12
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.
·
Makna
dari Gurindam Dua Belas
Pasal I dan II memberi
nasihat tentang agama (religius).
Pasal III tentang budi pekerti, yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya.
Pasal IV tentang tabiat yang mulia, yang muncul dari hati (nurani) dan akal pikiran (budi).
Pasal V tentang pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar.
Pasal VI tentang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan buruk.
Pasal VII berisi nasihat agar orang tua membangun akhlak dan budi pekerti anak-anaknya sejak kecil dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang tua yang akan repot sendiri.
Pasal VIII berisi nasihat agar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang.
Pasal IX berisi nasihat tentang moral pergaulan pria wanita dan tentang pendidikan. Hendaknya dalam pergaulan antara pria wanita ada pengendalian diri dan setiap orang selalu rajin beribadah agar kuat imannya.
Pasal X berisi nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya.
Pasal XI berisi nasihat kepada para pemimpin agar menghindari tindakan yang tercela, berusaha melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat.
Pasal XII (terakhir) berisi nasihat keagamaan, agar manusia selalu ingat hari kematian dan kehidupan di akhirat.
Pasal III tentang budi pekerti, yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya.
Pasal IV tentang tabiat yang mulia, yang muncul dari hati (nurani) dan akal pikiran (budi).
Pasal V tentang pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar.
Pasal VI tentang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan buruk.
Pasal VII berisi nasihat agar orang tua membangun akhlak dan budi pekerti anak-anaknya sejak kecil dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang tua yang akan repot sendiri.
Pasal VIII berisi nasihat agar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang.
Pasal IX berisi nasihat tentang moral pergaulan pria wanita dan tentang pendidikan. Hendaknya dalam pergaulan antara pria wanita ada pengendalian diri dan setiap orang selalu rajin beribadah agar kuat imannya.
Pasal X berisi nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya.
Pasal XI berisi nasihat kepada para pemimpin agar menghindari tindakan yang tercela, berusaha melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat.
Pasal XII (terakhir) berisi nasihat keagamaan, agar manusia selalu ingat hari kematian dan kehidupan di akhirat.
·
Nilai-nilai yang
terkandung dalam Gurindam Dua Belas
Pasal 4
Hati
itu kerajaan dalam tubuh
Jikalau
zalim segala anggota pun roboh
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas, pembalasan
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri,
kepribadian mantap, terbuka, potensi diri
Nilai kesusilaan:
cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati, kejujuran
Apabila
dengki sudah bertanah
Datanglah
daripadanya beberapa anak panah
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur,
Nilai kemandirian:
harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri, kepribadian mantap,
terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai
kesusilaan: cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati,
kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan
Mengumpat
dan memuji hendaklah pikir
Di
situlah banyak orang tergelincir
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur,
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri,
kepribadian mantap, terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai
kesusilaan: cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati,
kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan
Pekerjaan
marah jangan dibela
Nanti
hilang akal di kepala
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur,
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri,
kepribadian mantap, terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai
kesusilaan: cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati,
kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan
Jika
sedikit pun berbuat bohong
Boleh
diumpamakan mulutnya pekong
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur,
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri,
kepribadian mantap, terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai
kesusilaan: cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati,
kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan
Tanda
orang amat celaka
Aib
dirinya tiada ia sangka
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur,
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri,
kepribadian mantap, terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai
kesusilaan: cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati,
kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan
Bakhil
jangan diberi singgah
Itulah
perompak yang amat gagah
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri,
kepribadian mantap, terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai
kesusilaan: cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati,
kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong-menolong
Barang
siapa yang sudah besar
Janganlah
kelakuannya membuat kasar
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri, kepribadian
mantap, terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai
kesusilaan: cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati,
kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan
Barang
siapa perkataannya kotor
Mulutnya
itu umpama ketur
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri,
kepribadian mantap, terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai
kesusilaan: cinta kasih, sopan santun, rasa malu, hormat-menghormati,
kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan
Di
manakah salah diri
Jika
tidak orang lain berperi
Nilai
keberagamaan: akhlak; hubungan dengan Tuhan, kepatuhan, baik-ikhlas,
pembalasan, syukur
Nilai
kemandirian: harga diri, disiplin, tanggung jawab, pengendalian diri,
kepribadian mantap, terbuka, potensi diri, berpikir positif
Nilai kesusilaan: cinta kasih, sopan
santun, rasa malu, hormat-menghormati, kejujuran, kebersamaan, kesetiakawanan,
tolong-menolong
Kesimpulan
Gurindam adalah salah satu jenis puisi lama selain
pantun. Gurindam umumnya digunakan sebagai pemberian nasihat atau sejenis
kata-kata mutiaraTidak seperti pantun satu bait gurindam hanya terdiri dari 2
larik.
Pembacaan
gurindam biasanya dilakukan seperti pembacaan puisi lama pada umumnya
Pembacaan gurindam biasanya
dilakukan seperti pembacaan puisi lama pada umumnya. Karena gurindam terdiri
atas dua pernyataan yang dihubungkan secara subordinatif dengan pola
sebab-akibat, pembacaannya juga hampir sama dengan pembacaan kalimat yang
berpola seperti itu.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar