FILSAFAT
ILMU
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai pada waktunya. Shalawat teriring salam semoga
tercurah kepada suri tauladan umat Islam Nabi Muhammad SAW. Semoga kita kelak
mendapat syafaat beliau di hari akhir.
Bahasan kali ini mengupas mengenai Filsafat
Pendidikan, yang tentunya dalam makalah ini lebih dikerucutkan mengenai Filsafat Ilmu. Sebab dalam membangun
generasi emas, tak akan lepas dari strategi pendidikan didalamnya. Untuk itu
dalam makalah ini akan kami paparkan pengertian, manfaat, serta ruang lingkup
filsafat ilmu tersebut.
Tentunya kami memohon maaf apabila
dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan, untuk itu kami sangat terbuka
terhadap berbagai kritikan sebagai bentuk penyempurna makalah ini. Dan kami
hanturkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga kedepan
makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan ajar mata kuliah Filsafat Pendidikan
di jurusan PGSD.
Hormat
Kami
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………………………. i
Daftar isi ………………………………………………. ii
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Pembahasan
a. Pengertian
Filsafat ……………… 2
b. Hubungan
Filsafat dengan Ilmu ……………… 3
c.
Definisi Filsafat Ilmu ……………… 5
d. Lingkup
Filsafat Ilmu ……………… 8
e. Obyek
Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu ……………… 9
f. Problema
Filsafat Ilmu …………….... 10
g.
Tujuan Filsafat Ilmu ……………… 11
h. Manfaat
Filsafat Ilmu ……………… 12
i.
Pentingnya
Belajar Filsafat Ilmu Bagi
Mahasiswa...................... 15
Bab III : Kesimpulan
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat ilmu
adalah bagian dari filsafat yang menjawab
beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari
dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya
antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan
erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu
berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana
suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep
tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta
memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan
validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam
penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi
metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait,
baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari
peranan filsafat dan juga sebaliknya, perkembangan ilmu dapat memperkuat
keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil merubah pola pikir bangsa Yunani
dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa
Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini
dipengaruhi para dewa. Karena itu para dewa harus dihormati dan sekaligus
ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat pola pikir yang selalu tergantung
pada dewa diubah menjadi pola pikir yang bergantung pada rasio. Kejadian alam
seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi
merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi pada
garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan
bumi.
Menurut Lewis White Beck, filsafat
ilmu bertujuan membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menemukan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan. Pembahasan filsafat ilmu sangat penting
karena akan mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu
memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai
moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis,
epistemologis maupun aksiologi. Untuk
itulah penulis mencoba memaparkan
mengenai tujuan dan manfaat filsafat ilmu sehingga diharapkan para pembaca dapat
memahami pentingnya filsafat
ilmu dalam kehidupan umat man usia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa
Indonesia merupakan kata serapan
dari bahasa Arab,
yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata
ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya ( secara bahasa) adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan”.Ada juga yang mengurainya
dengan kata philare atau philo
yang berarti cinta dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu
berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan
mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai
sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada
kebijakan. Berkaitan dengan konsep filsafat Harun Nasution tanpa keraguan
memberikan satu penegasan bahwa filsafat dalam khazanah Islam menggunakan
rujukan kata yakni falsafah. Istilah filsafat berasal dari bahasa Arab oleh
karena orang Arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia
dibanding dengan bahasa- bahasa lain ke tanah air Indonesia. Oleh karenanya konsistensi yang patut
dibangun adalah penyebutan filsafat
dengan kata falsafat.
Pada sisi yang lain kajian filsafat dalam
wacana muslim juga sering menggunakan kalimat padanan hikmah sehingga ilmu filsafat dipadankan dengan ilmu hikmah.
Hikmah digunakan sebagai bentuk ungkapan
untuk menyebut makna kearifan, kebijaksanaan. sehingga dalam berbagai literatur
kitab-kitab klasik dikatakan bahwa orang yang ahli kearifan disebut Hukama’.
Seringkali pula ketika dikaji dalam berbagai kitab-kitab pesantren muncul
ungkapan-ungkapan dalam sebuah tema dengan konsep yang dalam bahasa arabnya
misalnya kalimat ‘wa qala min ba’di al hukama….” dan juga sejajar dengan
kata al-hakim yang mengandung arti bijaksana. Perkataan filsafat dalam bahasa
Inggris digunakan istilah philosophy yang juga berarti filsafat yang
lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur pembentuk kata ini adalah
kata philos dan sophos. Philos maknanya gemar atau cinta dan
sophos artinya bijaksana atau arif (wise). Menurut pengertiannya yang
semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun,
cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali,sophia tidak hanya
berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan
luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan
bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang bertumpu pangkal
pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Secara lughowi (bahasa)
filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran. Maksud sebenarnya adalah
pengetahuan tentang ada dari kenyataan-kenyataan yang paling umum dan
kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya
seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan. Maka problem pengertian
filsafat dalam hakekatnya memang merupakan problem falsafi yang kaya dengan banyak konsep dan pengertian.
B.
Hubungan Filsafat dengan Ilmu
Meskipun secara
historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan, namun dalam
perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat
mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk
memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya
masing-masing, bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat
hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami khazanah intelektual manusia. Harold
H. Titus mengakui kesulitan untuk
menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat,
karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat,
disamping dikalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat
dan keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan
pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.
Adapaun persamaan
(lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya
menggunakan berfikir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta
dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu
bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen pada kebenaran,
Disamping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik
tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis
dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan
klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum
atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman
secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum
dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan
sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan
secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam
mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang
lebih luas, filsafat juga mengkaji
hubungan antara temuan-temuan ilmu
dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan
memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang
lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah
tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan
ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat
(Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam
menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski
dengan titik tekan pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, Ilmu
mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban
terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya
bersifat spekulatif, sedangkan Agama
merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh
filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. Menurut Sidi Gazlba
(1976), Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset
dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat
dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu yang dapat
dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi;
batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu
yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”.
Sementara itu Oemar Amin Hoesin
(1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat
memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat mempunyai
wilayah kajiannya sendiri-sendiri.
Meskipun filsafat
ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan
campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan saling
pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat
dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat
timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi
disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya.
C.
Definisi Filsafat Ilmu
Rosenberg menulis “ Philosophy deals with
two sets of questions: First, the questions that science – physical,
biological, social, behavioral –. Second, the questions about why the sciences
cannot answer the first lot of questions”. Dikatakan bahwa filsafat dibagi dalam dua buah pertanyaan utama, pertanyaan
pertama adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan budaya) dan
yang kedua adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu yang itu tidak terjawab pada persoalan yang
pertama. Dari narasi ini ada dua buah konsep filsafat yang senantiasa
dipertanyakan yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu
itu disusun dan dikembangkan. Ini hal sangat mendasar dalam kajian dan diskusi
ilmiah dan ilmu pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab oleh filsafat dan
yang kedua dijawab oleh kajian filsafat ilmu. Beberapa penjelasan mengenai
filsafat tentang pengetahuan. Dipertanyakanlah
hal-hal misalnya : Apa itu pengetahuan?
Dari mana asalnya? Apa ada
kepastian dalam pengetahuan, atau semua hanya hipotesis atau dugaan belaka?
Teori pengetahuan menjadi inti diskusi, apa hakekat pengetahuan, apa
unsur-unsur pembentuk pengetahuan, bagaimana menyusun dan mengelompokkan
pengetahuan, apa batas-bataspengetahuan, dan juga apa saja yang menjadi sasaran
dari ilmu pengetahuan. Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian dan
telaahnya. Yakni pada sebuah kerangka
konseptual yang menyangkut sebuah system
pengetahuan yang di dalamnya terdapat
hubungan relasional antara, pengetahu /yang mengetahui (the Knower) dan yang terketahui /yang diketahui (the known) dan juga antara pengamat (the observer) dengan yang diamati (the observed).
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu,
telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu
adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala
hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative
yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan
saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu. Filsafat ilmu merupakan penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari
pengetahuan baru. Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini
dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum
dalam sejumlah literatur kajian Filsafat
Ilmu.
v Robert
Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current
scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of
science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”.
(Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang
pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah
secara aktual.
v Lewis
White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of
scientific thinking and tries to determine the value and significance of
scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya
ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
v Cornelius
Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the
nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions,
and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang
pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
v Michael
V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the
relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”.
(Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan
hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
v May
Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral
analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang
netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan –
landasan ilmu.
v Peter
Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do
for science what philosophy in general does for the whole of human experience.
Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories
about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action;
on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground
for belief or action, including its own theories, with a view to the
elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu
bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya
melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal :
di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan
menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain
pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai
suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri,
dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
v Stephen
R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to
elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry
observational procedures, patens of argument, methods of representation and
calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the
grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical
methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu
mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan,
metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis,
dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
v Dari
paparan pendapat para pakar dapat disimpulkan
bahwa pengertian filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang
mencakup hal-hal sebagai berikut:
v sikap
kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah
v sikap
sitematis berpangkal pada metode ilmiah
v sikap
analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah
v sikap
konsisten dalam bangunan teori serta tindakan
ilmiah
v Selanjutnya
John Losee dalam bukunya yang berjudul,A Historical Introduction to the
Philosophy of Science, Fourth edition,
mengungkapkan bahwa : The
philosopher of science seeks answers to such questions as:
v What
characteristics distinguish scientific inquiry from other types of investigation?
v What
procedures should scientists follow in investigating nature?
v What
conditions must be satisfied for a scientific explanation to be correct?
v What
is the cognitive status of scientific laws and principles?
Dari ungkapan tersebut terdapat sebuah konsep
bahwa tugas dari pemikir filsafat ilmu itu
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan persoalan yang menyangkut: pertama,
apa yang menjadi perbedaaan ilmiah karakteristik type masing – masing ilmu
ntara satu ilmu dengan ilmu lainnya
melalu penelitian. Kedua Prosedur apa yang harus dilakukan secara
ilmiah dalam melakukan penelitian atas kenyataan yang terjadi di alam?, Ketiga apa yang mestinya
dilakukan dalam mendapatkan penjelasan ilmiah untuk melakukan penelitian dan eksperimen itu
? Dan keempat apakah teori itu dapat diambil sebagai konsep
dan prinsip-prinsip ilmiah?. Sehingga
sketsa filsafat ilmu dapat di gambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Level
|
Disciplin
|
Subject-matter
|
2
|
Philosophy of Science
|
Analysis of the Procedures and Logic of
Scientific Explanation
|
1
|
Science
|
Explanation of Facts
|
0
|
Facts
|
Dengan memperhatikan tabel diatas secara
jelas ditampilkan bahwa filsafat ilmu menempati level ke-2 sedangkan ilmu (science) pada level pertama dan semuanya
pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi basis utama bangunan
segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan Fakta sementara filsafat ilmu
itu subyek materinya adalah menganalisa prosedur-prosedur logis dari ilmu (Analysis
of the Procedures and Logic of Scientific Explanation).
D.
Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh
gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti :
- Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
- Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
- Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis).
Sedangkan
di dalam introduction-nya Stathis
Psillos and martin Curd menjelaskan
bahwa filsafat ilmu secara umum menjawab pertanyaan – pertanyaan yang meliputi
:
- Apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience?
- Bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah?
- Apa saja yang membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya causation(sebab-akibat dan illat), eksplanasi (penjelasan), konfirmasi, teori, eksperimen, model, reduksi dan sejumlah probabilitas-probalitasnya?.
- Apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi eksperimen ? apakah ada kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam kebijakan dan bagaimana semua itu dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan factor-faktor gender?
Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat
ilmu itu memiliki lingkup pembahasan yang meliputi: cakupan pembahasan landasan
ontologis ilmu, pembahasan mengenai landasan epistemologi ilmu, dan pembahasan
mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
E.
Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan
obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan
(materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran
menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek
material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge)
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.Obyek formal adalah cara pendekatan yang
dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau
mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien,
maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret
manusia dalam dunianya. Pengalaman
manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap
pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi,
sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui",
itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica.
Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala
itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali
"kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian"
(versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus
"subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari
mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan
menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan
menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat
ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala
ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau
metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal
adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang
menyangkut asal usul, struktur, metode,
dan validitas ilmu. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi)
ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
F.
Problema Filsafat Ilmu
Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar
dengan diskusi yang berkaitan dengan landasan pengembangan ilmu pengetahuan
yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Untuk Telaah tentang
problema substansi Filsafat Ilmu, yaitu
substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran
(truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi. Permasalahan atau
problema filsafat ilmu mancakup ; pertama Problem ontologi ilmu; perkembangan
dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu
pada landasan ontologis
(‘apa yang terjadi’ - eksistensi suatu
entitas) Kedua, Problem epistemologi;
adalah bahasan tentang
asal muasal, sifat
alami, batasan (konsep), asumsi,
landasan berfikir,
validitas, reliabilitas sampai
soal kebenaran (bagaimana
ilmu diturunkan - metoda
untuk menghasilkan kebenaran) Ketiga, Problem
aksiologi; implikasi etis,
aspek estetis, pemaparan
serta penafsiran mengenai
peranan (manfaat) ilmu dalam
peradaban manusia.
Ketiganya digunakan sebagai landasan
penelaahan ilmu.
G.
Tujuan
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagai
sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis dan cermat
terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis
terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap
solipsistik, menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
Filsafat ilmu merupakan
usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab
kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah menerapkan suatu
metode ilmiah tanpa memperhatikan
struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu pengetahuan,
bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir, bukan merupakan hakikat ilmu
pengetahuan.
Filsafat ilmu memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang
dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin luas penerimaan dan
penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid metode tersebut. Pembahasan
mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
Mendalami unsur-unsur pokok
ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami, sumber, hakekat, dan
tujuan ilmu.
Memahami sejarah
pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita
mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.
Menjadi pedoman bagi para
dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk
membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
Mendorong pada calon
ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
Mempertegas bahwa dalam
persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
Memahami dampak kegiatan ilmiah
(penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat yang digunakan oleh
bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu berupa tanggung jawab
dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut misalnya masalah euthanasia dalam dunia kedokteran masih
sangat dilematis dan problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer,
pemalsuan terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam
karya ilmiah.
H.
Manfaat
Filsafat Ilmu
Adapun manfaat dari
mempelajari filsafat ilmu, yaitu :
a.
Menyadarkan seorang ilmuwan
agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”yakni hanya berpikir
murni dalam bidangnya tanpa
mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap
aktivitas keilmuwan nyarisnyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan
sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah
perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu
pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka para ilmuwan akan
menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi
intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan
ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi
keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
b.
Mengembangkan ilmu,
teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui paradigma
ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan
yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
c.
Mengembangkan ilmu,
teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui
paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan
intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
d.
Mengembangkan ilmu,
teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui paradigma
aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta
mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala macam ilmu
dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan manusia, namun
juga untuk kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
e.
Menambah pandangan dan
cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
f.
Menjadikan diri bersifat
dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
g.
Menyadari akan kedudukan
manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam
sekitar,dan Tuhan YME.
h.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan
manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan
alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik
i.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita
sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita
mengalami dan menyadari keberadaan kita.
j.
Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan
untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan,
apalagi melihat pemecahannya.
k.
Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga
dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan
mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
l.
Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal,
holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti
pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar,
tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat
sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
m.
Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup
kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan
lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
n.
Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat
bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh
dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari
penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang
mistis dan dogma.
o.
Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan
persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
p.
Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis
bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni.
q.
Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang
jelas bagi setiap disiplin ilmu.
r.
Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode
pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan
antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan
kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
s.
Filsafat
ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
- Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
- Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.
I.
Pentingnya Belajar Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain :
a.
Dengan mempelajari filsafat
ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa
sebagai insan kampus diharapkan untuk untuk berpikir kritis terhadap berbagai
macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
b.
Mempelajari filsafat ilmu
mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami
metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan
mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses
pembelajaran dan penelitian ilmiah.
c.
Mempelajari filsafat ilmu
memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja, mereka pasti
berhadapan denagn berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah
diperlukan kemempuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman
mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
d.
Membiasakan
diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi
yang dikemukakan.
e.
Mengembangkan
semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena para ahli
filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan
permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
f.
Mengajarkan
cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Ø
Pengertian
Filsafat
Filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan
kebenaran
Ø
Hubungan
Filsafat dengan Ilmu
Ilmu mengkaji hal-hal yang
bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat
mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh
ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif,
Ø
Definisi
Filsafat Ilmu
Filsafat
ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala
segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan
integratif yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan
timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Ø
Objek
filsafat ilmu
a.
Objek material filsafat ilmu adalah
ilmu dengan segala gejalanya manusia untuk tahu.
b.
Objek
formal filsafat ilmu adalah
ilmu atas dasar tinjauan filosofis,
yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai
gejala dan upaya pendekatannya.
c.
Lingkup dan
problema substansi filsafat ilmu
d.
Cakupannya pembahasan tentang
problema substansi landasan ontologis ilmu, epistemologi ilmu, dan pembahasan
mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
e.
Tujuan Filsafat Ilmu
f.
Filsafat ilmu sebagai
sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis dan cermat
terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis
terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap
solipsistik, menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
g.
Filsafat ilmu merupakan
usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab
kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah menerapkan suatu
metode ilmiah tanpa memperhatikan
struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu
pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir, bukan merupakan
hakikat ilmu pengetahuan.
h.
Filsafat ilmu memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang
dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin luas penerimaan dan
penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid metode tersebut. Pembahasan
mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
i.
Mendalami unsur-unsur pokok
ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami, sumber, hakekat, dan
tujuan ilmu.
j.
Memahami sejarah
pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita
mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.
k.
Menjadi pedoman bagi para
dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk
membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
l.
Mendorong pada calon
ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami lmu dan mengembangkannya.
m.
Mempertegas bahwa dalam
persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
n.
Memahami dampak kegiatan ilmiah
(penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat yang digunakan oleh
bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu berupa tanggung jawab
dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut misalnya masalah euthanasia dalam dunia kedokteran masih
sangat dilematis dan problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer,
pemalsuan terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam
karya ilmiah.
Ø
Manfaat
Filsafat Ilmu
a.
Menyadarkan seorang ilmuwan
agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”yakni hanya berpikir
murni dalam bidangnya tanpa
mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap
aktivitas keilmuwan nyarisnyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan
sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah
perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu
pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka para ilmuwan akan
menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi
intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan
ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi
keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
b.
Mengembangkan ilmu,
teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui paradigma
ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan
yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
c.
Mengembangkan ilmu,
teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui
paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan
intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
d.
Mengembangkan ilmu,
teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui paradigma
aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta
mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala macam ilmu
dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan manusia, namun
juga untuk kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
e.
Menambah pandangan dan
cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
f.
Menjadikan diri bersifat
dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
g.
Menyadari akan kedudukan
manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam
sekitar,dan Tuhan YME.
h.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan
manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan
alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik
i.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita
sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita
mengalami dan menyadari keberadaan kita.
j.
Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan
untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan,
apalagi melihat pemecahannya.
k.
Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga
dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan
mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
l.
Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal,
holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti
pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar,
tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat
sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
m.
Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup
kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan
lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
n.
Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat
bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh
dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari
penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang
mistis dan dogma.
o.
Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan
persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
p.
Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis
bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni.
q.
Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang
jelas bagi setiap disiplin ilmu.
r.
Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode
pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan
antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan
kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
s.
Filsafat
ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
t.
Menghindarkan diri dari memutlakan
kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara
memperoleh kebenaran
u.
Menghidarkan diri dari egoisme
ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.
v.
Pentingnya
Belajar Filsafat Ilmu Bagi
Mahasiswa
w.
Dengan mempelajari filsafat
ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai
insan kampus diharapkan untuk untuk berpikir kritis terhadap berbagai macam
teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
x.
Mempelajari filsafat ilmu
mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami
metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan
mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses
pembelajaran dan penelitian ilmiah.
y.
Mempelajari filsafat ilmu
memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja, mereka pasti
berhadapan denagn berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah
diperlukan kemempuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman
mempelajari filsafat ilmu diterapkan.
z.
Membiasakan
diri untuk bersikap logis-rasional dalam opini & argumentasi
yang dikemukakan.
aa.
Mengembangkan
semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena para ahli
filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan
permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
bb. Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal
lelah.
DAFTAR
PUSTAKA
http://wilyhikaru22.blogspot.co.id/2014/07/jurnal-ilmiah-tujuan-dan-manfaat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar